Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbanyak Makan Sayuran Bantu Kontrol Glikemik Pasien Diabetes Tipe 2, Studi Jelaskan

Kompas.com - 18/07/2022, 07:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi baru menunjukkan, bahwa mengonsumsi makanan tinggi serat dan sayuran hijau dapat untuk mengontrol glikemik pasien dewasa yang mengidap diabetes melitus tipe 2.

Selain itu, meningkatkan asupan sayuran dalam menu sehari-hari menurunkan HbA1C (hemoglobin yang berikatan dengan glukosa), berat badan, hingga kolesterol total.

Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Nutritional Science pada 21 Juni 2022, tim mengungkapkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui efek dari peningkatan asupan sayuran dan diet diabetes konvensional, pada kontrol glikemik di antara pasien diabetes tipe 2.

Baca juga: Rini S Bon Bon Meninggal Karena Diabetes, Bagaimana Penyakit Ini Sebabkan Kematian?

Dijelaskan salah satu tim peneliti sekaligus ahli gizi DR dr Tan Shot Yen, M.Hum, studi dilakukan lantaran diabetes merupakan penyakit tidak menular yang saat ini tendensi kenaikannya sangat memprihatinkan.

Sebab, data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019 mencatat Indonesia berada di peringkat ketujuh di antara 10 negara dengan prevalensi diabetes terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta orang.

Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi diabetes melitus tipe 2 di Indonesia adalah sebesar 10,9 persen, sedangkan prevalensi pra-diabetes hampir tiga kali lipat yakni 30,8 persen.

"Dan salah satu kontributor terpenting adalah faktor gaya hidup, pola makan. Indonesia yang kaya akan makanan sehat terutama sayur, justru masyarakatnya amat minim mengonsumsi (sayur)," ujar Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/7/2022).

Adapun studi berjudul "Increased vegetable intake improves glycaemic control in adults with type 2 diabetes mellitus: a clustered randomised clinical trial among Indonesian white-collar workers" ini, dilakukan di tahun 2013 terhadap pasien diabetes tipe 2, yang bekerja di perusahaan Telkom beserta anggota keluarganya. 

Sebanyak 41 peserta dalam kelompok intervensi ditawarkan untuk menghadiri seminar, dan pembinaan intensif setiap minggu untuk mendorong mereka meningkatkan asupan sayuran mentah.

Sementara, 40 orang dalam kelompok kontrol mengikuti diet konvensional sesuai dengan pedoman Perhimpunan Endokrinologi Indonesia.

Baca juga: Indonesia Peringkat Lima Kasus Diabetes Paling Banyak di Dunia

 

Dokter Tan berkata, bahwa kelompok intervensi dalam studi mendapat coaching atau pelatihan perubahan perilaku, yang membuat subjek berubah dan mau mengonsumsi lebih banyak sayur bukan atas dasar kepatuhan, melainkan pemahaman.

"Mereka mewakili penduduk perkotaan dengan diabetes melitus tipe 2 dari kelas sosial ekonomi menengah di Jakarta, Indonesia. Kriteria inklusi meliputi laki-laki dan perempuan berusia 18-55 tahun," tulis para peneliti.

Responden dalam kelompok intervensi diketahui mencapai asupan sayuran yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), yaitu 400 g setiap harinya.

"Penelitian ini membuktikan, dengan meningkatkan asupan sayur, maka secara signifikan dibuktikan melalui studi acak terkontrol (randomised control trial) selama 12 minggu terjadi penurunan HbA1C, gula darah puasa dan postprandial (2 jam setelah makan), (penurunan) berat badan, lingkar pinggang, dan kolesterol total," terang Tan.

Baca juga: Awas Jangan Konsumsi Buah dan Sayur dengan Cara Dijus, Ini Alasannya

Masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur

Para peneliti mencatat, temuan ini tidak hanya penting untuk pengendalian glikemik, tetapi juga memiliki implikasi terhadap pedoman pola makan berbasis pangan bagi masyarakat.

Diakui Tan, Indonesia kaya akan panganan lokal yang sehat dan variasi dari jenis sayuran yang berbeda. Namun, berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, sebanyak 95,9 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi buah dan sayuran.

"Sayang sekali masyarakatnya sangat awam dan minim penelitian yang mengangkat kekayaan sayur Indonesia sebagai sumber pangan yang mampu mencegah penyakit kronik, yang tidak selalu jatuh dalam pengobatan mahal," ucap Tan.

"Bahkan komplikasi penyakit kian mengerikan, hanya karena pasien tidak teredukasi baik tentang pilihan makanan dan gaya hidupnya," sambung dia.

Pendekatan tenaga kesehatan (nakes), dan cara interaksi memegang peranan penting terkait kebiasaan mengonsumsi sayuran khususnya bagi masyarakat.

Dengan demikian, mereka mampu untuk menghargai hasil yang didapatkan sehingga kontrol gula darah yang telah dicapai bisa dipertahankan.

Baca juga: Mengenal Diabetes Tipe 1 dan Diabetes Tipe 2, Apa Bedanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com