Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

Energi Panas Bumi, Anugerah Melimpah bagi Bangsa

Kompas.com - 17/07/2022, 20:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Yasir Arafat, S.Si., M.Si.

Posisi Indonesia sangat strategis. Terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudera (Hindia dan Pasifik).

Pelajaran pertama tentang wawasan kebangsaan ini sudah ada di benak anak-anak sejak di sekolah dasar.

Faktanya, bukan hanya lanskap geografis Indonesia yang unik dan menarik, melainkan juga dalam tatanan geologi regional.

Republik ini berada di antara sisi timur Mediterranean Volcanic Belt dan sisi barat Circum-Pacific Volcanic Belt.

Baca juga: Bagaimana Kristal Gunung Api Memudahkan Ilmuwan Prediksi Letusan?

Kondisi tersebut menjadikan Indonesia negara yang dikelilingi oleh active margins yang merupakan lokasi munculnya aktivitas tektonik dan vulkanik.

Lebih dari 200 gunung berapi berada di sepanjang Sumatera, Jawa, Bali, dan gugusan pulau di Indonesia timur, yang kemudian dikenal sebagai Cincin Api (The Ring of Fire) (DiPippo dan Darma, 2016).

Gunung api tidak selamanya identik dengan bencana erupsi. Keberadaan gunung api yang tersebar merata hampir di seluruh wilayah Indonesia berperan sebagai hot spot dan sekaligus menyimpan energi panas, sehingga Indonesia menjadi negeri yang teranugerahi sumber daya panas bumi (geotermal) yang melimpah.

Potensi energi panas bumi Indonesia diperkirakan sebesar 40% dari total potensi di seluruh dunia atau sekitar 28.617 MW (Nasruddin et al., 2016).

Kata “geotermal” berasal dari bahasa Yunani. “Geo” berarti bumi dan “thermal” berarti panas. Secara bahasa, geotermal dengan demikian memiliki arti ‘panas bumi’.

Energi terbarukan ini berasal dari aliran panas dan distribusi temperatur di seluruh permukaan bumi, yang disebabkan oleh pelepasan panas akibat pendinginan bumi itu sendiri, serta panas yang dihasilkan oleh radioaktivitas di bawah permukaan (Gupta dan Roy, 2007).

Kemudian dalam proses evolusi geologis serta adanya struktur bawah permukaan tertentu, suatu sistem panas bumi (geothermal system) akan terbentuk.

Pakar panas bumi dari University of Auckland, Prof. Manfred Hochstein mengungkapkan, bahwa istilah geothermal system digunakan untuk menjelaskan transfer panas secara alami pada volume tertutup di kerak bumi yang berpindah dari sumber panas (heat source) menuju saluran panas (heat sink).

Mayoritas sistem panas bumi di Indonesia muncul di area gunung api muda bertipe strato-volacanoes yang berasosiasi dengan sistem vulkanisme kuarter dan intrusi magmatik (Hochstein dan Sudarman, 2015).

Dalam Encyclopedia of Volcanoes, Goff dan Janik (2000) menjelaskan bahwa suatu sistem panas bumi terdiri atas tiga elemen dasar, yaitu: batuan reservoir yang berpori, air sebagai medium panas dari reservoir menuju permukaan, dan sumber panas yang biasanya berupa intrusi magma ataupun batuan pluton.

Selain tiga komponen utama tersebut, terdapat lapisan clay cap yang tidak berpori sehingga menjaga aliran panas agar tidak keluar ke permukaan.

Secara sederhana, suatu sistem geotermal dapat dianalogikan seperti memanaskan air dengan ketel.

Kompor sebagai sumber panas, ketel sebagai reservoir, dan tutup ketel sebagai clay cap yang mencegah keluarnya uap panas.

Baca juga: Geotermal Indonesia, dari Potensi, Pemanfaatan sampai Rencana ke Depan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com