Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Depresi, Anoreksia, dan Mikrobiota Usus: Sebuah Kaitan Baru

Kompas.com - 18/05/2024, 08:00 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi yang diterbitkan di BMC Psychiatry tahun 2024 menemukan bahwa individu dengan gangguan depresi mayor dan anoreksia menunjukkan pola mikrobiota usus yang berbeda dibandingkan dengan individu sehat.

Baca juga: Studi: Mikrobiota Usus Dapat Memengaruhi Struktur Otak

Hubungan mikrobiota usus, depresi, dan anoreksia

Berdasarkan studi terbaru, para peneliti menemukan bahwa bakteri usus tertentu yang disebut Blautia lebih umum terjadi pada pasien dengan kedua kondisi depresi dan anoreksia dan berkorelasi dengan peradangan serta tingkat keparahan gejala.

Penelitian inovatif ini menawarkan wawasan baru tentang potensi peran bakteri usus dalam kondisi kesehatan mental.

Para peneliti mengeksplorasi titik temu ini lebih dalam, terutama untuk memahami bagaimana perbedaan mikrobiota usus antara individu dengan depresi dan mereka yang tidak mengalami depresi, dan bagaimana perbedaan ini berhubungan dengan gejala anoreksia dan tingkat peradangan seperti CRP (protein C-reaktif).

Temuan penelitian ini mengungkapkan perbedaan nyata dalam komposisi mikrobiota usus antar kelompok.

Pasien depresi/MDD dengan anoreksia memiliki susunan mikroba yang berbeda secara signifikan dibandingkan dengan subjek kontrol sehat dan pasien MDD tanpa anoreksia, dikutip dari Neuroscience News.

Keragaman mikrobiota usus umumnya lebih rendah pada mereka yang memiliki kedua kondisi tersebut dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa berkurangnya keanekaragaman mikroba dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap keparahan gejala.

Baca juga: Studi: Kesehatan Kulit Berhubungan dengan Kondisi Usus

Penjelasan depresi, anoreksia, dan mikrobiota usus

Depresi, yang secara formal dikenal sebagai Major Depressive Disorder (MDD), adalah suatu kondisi kesehatan mental umum yang ditandai dengan kesedihan yang terus-menerus, kurangnya minat dalam aktivitas sehari-hari, dan berbagai masalah fisik dan psikologis yang secara signifikan dapat mengganggu kualitas hidup seseorang. 

Anoreksia, sering kali bermanifestasi sebagai berkurangnya nafsu makan dan distorsi bentuk tubuh, sering kali terjadi bersamaan dengan depresi, sehingga mempersulit pengobatan dan penatalaksanaannya. 

Mikrobiota usus terdiri dari triliunan bakteri dan mikroorganisme lain yang berada di saluran pencernaan.

Komunitas kompleks ini memainkan peran penting dalam pencernaan, fungsi kekebalan tubuh, dan bahkan mempengaruhi kesehatan otak melalui apa yang dikenal sebagai poros usus-otak.

Jalur komunikasi dua arah ini memungkinkan bakteri usus mengirim dan menerima sinyal ke dan dari otak, sehingga berpotensi memengaruhi suasana hati dan perilaku.

Peradangan adalah respons imun alami terhadap infeksi dan cedera, namun peradangan kronis telah menyebabkan sejumlah penyakit, termasuk depresi.

Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan tingkat peradangan sistemik dapat mempengaruhi fungsi otak dan berkontribusi terhadap perkembangan gejala depresi.

Baca juga: Bakteri dalam Usus Bisa Melindungi dari Penyakit Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com