Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Happy Hypoxia, Pahami Cara Periksa Mandiri dengan Oksimeter

Kompas.com - 07/09/2020, 19:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Happy hypoxia atau silent hypoxemia menjadi penyebab kematian tanpa gejala bagi pasien Covid-19.

Untuk diketahui, hypoxemia atau hipoksemia adalah kurangnya kadar oksigen dalam darah, yang menyebabkan terjadi gangguan beserta keluhan pada organ tubuh lainnya.

Sementara, silent hypoxemia adalah kurangnya kadar oksigen dalam darah tetapi tidak diikuti gejala atau keluhan pada organ tubuh lain.

Baca juga: Apa Itu Happy Hypoxia, Kematian Tanpa Gejala Pasien Corona?

Hypoxia atau hipoksia adalah kurangnya kadar oksigen di dalam jaringan darah, dan umumnya memiliki gejala.

Sedangkan, happy hypoxia adalah kurangnya kadar oksigen dalam jaringan darah, tetapi tidak memilki gejala atau keluhan yang dirasakan pasien.

Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menekankan, pasien yang positif terinfeksi Covid-19 tapi tidak memiliki gejala, tetap harus melakukan deteksi dini terhadap potensi terjadinya happy hypoxia.

Pemeriksaan kadar oksigen menggunakan Oksimeter

Selain pemeriksaan menyeluruh di laboratorium pelayanan kesehatan, Agus berkata, pemeriksaan kadar oksigen dalam darah bisa dilakukan sendiri di rumah, menggunakan oxymeter atau oksimeter - alat untuk memeriksa saturasi oksigen dalam darah.

Alat oksimeter ini bisa Anda dapatkan secara mandiri di toko yang menjual peralatan kesehatan. Sehingga, tidak harus pergi ke rumah sakit.

Namun, kata Agus, pemeriksaan dengan oksimeter perlu dilakukan berulang selama kurun periode infeksi terjadi.

"Harus diulang berkala, karena kondisi kadar oksigen kan berubah-ubah. Bisa saat ini normal, tiba-tiba besok turun," ujar Agus kepada Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Satu alat oksimeter umumnya bisa dipakai berkali-kali untuk melakukan pemeriksaan kadar oksigen dalam darah.

Agar lebih meyakinkan, pemeriksaan dengan oksimeter perlu dilakukan setiap hari.

"(Pemeriksaan oksimetri) satu kali sehari cukup," tuturnya.

Menurut Agus, oksimeter ini digunakan untuk mengukur saturasi oksigen perifer di dalam tubuh.

Ini juga mewakili pemeriksaan atau penilaian terhadap kadar oksigen dalam jaringan atau nilai hipoksia.

"Kalau untuk lebih akurat, harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan darah untuk melihat kadar oksigennya, untuk memastikan," jelasnya.

Sedangkan untuk oksimeter yang terdapat pada smartwatch, Agus berkata, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan keakuratan dan keefektifan model tersebut dalam mengukur kadar oksigen dalam darah dan jaringan.

"Kalau smartwatch belum dilakukan evaluasi. Kalau di rumah sakit pakai oksimetri (oksimeter)," ujarnya.

Baca juga: Cegah Happy Hypoxia, Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Harus Diperiksa Menyeluruh

 

Lebih lanjut Agus juga mengungkap, hingga saat ini, belum ada penjelasan ilmiah secara pasti terkait happy hypoxia yang dialami oleh pasien terinfeksi positif Covid-19.

"Namun, suatu hipotesis atau suatu teori dari berbagai jurnal menyatakan kemungkinan terjadi gangguan sistem reseptor dan jarak pada persarafan yang memberikan suatu warning pada sistem saraf pusat," jelas Agus kepada Kompas.com dalam kesempatan berbeda.

Pada kondisi normal, seseorang dengan kadar oksigen yang rendah di dalam darahnya akan memengaruhi reseptor di dalam pembuluh darahnya.

Reseptor ini akan menimbulkan suatu peringatan di area saraf ke sistem saraf pusat, sehingga akan menimbulkan respons sesak napas.

Baca juga: Ahli Sebut Gejala Happy Hypoxia Sudah Muncul di Indonesia Sejak Maret

Kemudian, sistem saraf pusat juga akan merespons untuk meningkatkan oksigen dalam darah, yaitu dengan meningkatkan frekuensi napas dan menimbulkan sensasi rasa sesak napas.

Oleh sebab itu, Agus menuturkan, dugaan sementara penyebab terjadinya silent hypoxsemia atau happy hypoxia pada pasien Covid-19 adalah pengaruh dari virus SARS-CoV-2 itu sendiri.

"Jadi sementara ini, disinyalir virus SARS-CoV-2 ini mengganggu reseptor yang ada di dalam mekanisme saraf tersebut," kata Agus.

Sehingga, tidak ada respons normal saat kadar oksigen di dalam jaringan dan darah berada di saturasi 94 ke bawah.

Baca juga: Cegah Kematian Akibat Happy Hipoxia, Ini Cara Periksa Mandiri di Rumah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com