Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Cari Tahu Usia Lumba-lumba Lewat Kotoran

Kompas.com - 22/05/2024, 18:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Feses bisa menjadi gudang informasi bagi ilmuwan. Misalnya, ilmuwan menggunakan kotoran untuk melacak kesehatan spesies yang terancam punah, seperti paus pembunuh.

Selain itu, kotoran berang-berang juga membantu para ilmuwan ungkap memahami perpindahan nutrisi penting melalui jaring makanan laut dan darat.

Dan dalam sebuah studi baru, para ilmuwan memanfaatkan kotoran untuk menentukan usia lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik secara non-invasif.

Selama ini, para peneliti mempunyai beberapa cara untuk menghitung umur mamalia laut, namun tekniknya bisa sangat mengganggu. Salah satunya adalah dengan menangkap mamalia laut dan mencabut giginya, lalu mengukur lapisan pertumbuhan dentin.

Strategi lain, yang dikenal sebagai jam epigenetik, adalah dengan melihat perubahan DNA hewan sepanjang hidupnya melalui proses metilasi. Untuk itu, diperlukan sampel kulit hewan yang dikumpulkan para ilmuwan dengan senapan atau panah.

Baca juga: Mengapa Lumba-lumba Sering Berenang di Depan Kapal?

Pencabutan gigi, meskipun sebagian besar aman, namun membawa risiko infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Hal ini juga membuat hewan stres, sebagaimana pengambilan sampel jaringan kulit.

Genfu Yagi, peneliti studi tersebut dari Mie University, Jepang, mengatakan bahwa hewan yang stres dapat mengubah kesehatan atau perilaku mereka, serta mengaburkan pemahaman para ilmuwan tentang ekologi alami hewan tersebut. Oleh sebab itu, ilmuwan membuat metode estimasi usia hewan yang non-invasif.

Mengumpulkan kotoran

Studi yang diterbitkan pada tahun 2019 dan 2020 mengungkapkan bahwa teknik jam epigenetik yang digunakan untuk menghitung usia hewan dari sampel kulit juga dapat diterapkan pada sampel tinja. Namun, para peneliti tersebut baru mencoba pada sampel kotoran simpanse dan kera Jepang.

Yagi dan rekan-rekannya pun mencoba menerapkannya pada mamalia laut. Mereka kemudianmenyelam untuk mencari kotoran lumba-lumba di sekitar pulau Mikura-jima, Jepang, antara tahun 2014 dan 2021.

Target mereka adalah lumba-lumba hidung botol Indo-Pasifik yang telah dipelajari terus-menerus sejak tahun 1994, dan usianya telah terdokumentasi dengan baik.

Baca juga: Seperti Apa Lumba-lumba Air Tawar Terbesar yang Pernah Hidup di Bumi?

Yagi menjelaskan, kotoran lumba-lumba terlihat seperti asap dengan beberapa gumpalan kecil. Ia menambahkan, bau kotoran lumba-lumba nuga tidak sedap, namun lebih menyerupai bau amis daripada bau khas kotoran manusia atau hewan peliharaan.

Setelah kembali ke laboratorium, para ilmuwan mengonfirmasi bahwa mengukur sampel tinja melalui tingkat metilasi DNA adalah metode yang akurat untuk memperkirakan usia lumba-lumba.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa proses yang menggunakan kotoran sama andalnya dengan metode invasif.

Meskipun metode ini masih memerlukan penyempurnaan dan pengembangan—misalnya, pengujian Yagi tidak berhasil pada lumba-lumba betina yang sedang menyusui—para ahli yakin metode jam epigenetik dengan kotoran dapat digunakan pada beberapa hewan lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com