Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Kompas.com - 21/05/2024, 20:00 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dinosaurus mendominasi Bumi selama lebih dari 140 juta tahun sebelum keberadaannya punah karena hujan asteroid yang menghantam Bumi.

Di tengah kemajuan teknologi dan dunia medis, apakah mungkin untuk menghidupkan kembali reptil yang telah lama punah ini dan, jika bisa, apakah itu adalah hal yang perlu dilakukan?

Baca juga: Benarkah Kura-kura Termasuk Dinosaurus?

Apakah "Jurassic Park" mungkin terjadi?

Konsep klasik kebangkitan dinosaurus dimulai dengan penemuan nyamuk berisi DNA yang telah terawetkan dalam damar selama jutaan tahun.

Amber merupakan damar pohon yang telah menjadi fosil karena tekanan dan suhu tinggi yang dalam jangka waktu ribuan tahun tertutup oleh lapisan sedimen.

Lama kelamaan resin tersebut mengeras membentuk batu permata yang didambakan manusia selama ribuan tahun, dikutip dari Live Science.

DNA dinosaurus yang dapat terawetkan di dalam serangga penghisap darah yang terkubur dalam damar sangat menarik karena berisi informasi genetik untuk pertumbuhan dan fungsi semua makhluk hidup.

Mungkinkah DNA purba yang diperoleh dari damar dapat berfungsi sebagai cetak biru genetik untuk menciptakan kembali hewan yang telah punah?

Namun Susie Maidment, ahli paleontologi vertebrata di Museum Sejarah Alam London, dengan cepat menolak anggapan bahwa nyamuk berisi DNA yang diawetkan dalam damar selama jutaan tahun dapat membantu menciptakan kembali dinosaurus yang telah punah.

"Kita mempunyai nyamuk dan lalat penggigit sejak zaman dinosaurus dan mereka tersimpan dalam damar. Namun jika amber mengawetkan sesuatu, ia cenderung mengawetkan kulitnya, bukan jaringan lunaknya. Jadi darah nyamuk tidak terawetkan dalam damar," kata Maidment.

Baca juga: Kenapa Tulang Dinosaurus Bisa Bertahan hingga Jutaan Tahun?

Para peneliti juga telah menemukan pembuluh darah dan kolagen pada fosil dinosaurus, namun komponen tersebut tidak mengandung DNA dinosaurus sebenarnya.

Tidak seperti kolagen atau protein kuat lainnya, DNA sangat rapuh dan sensitif terhadap efek sinar matahari dan air.

DNA tertua yang ditemukan dalam catatan fosil berumur sekitar 1 juta tahun, sedangkan dinosaurus telah punah sekitar 66 juta tahun yang lalu, dilansir dari IFL Science.

Hewan berevolusi untuk berubah

Untuk memahami hal ini, kita harus memahami “evolusi”. Ini adalah proses yang menjelaskan bagaimana setiap makhluk hidup (termasuk manusia) berevolusi dari makhluk hidup masa lalu selama jutaan, atau bahkan miliaran tahun.

66 juta tahun yang lalu, burung selamat dari peristiwa bencana yang membunuh semua dinosaurus lainnya dan menandai berakhirnya era Mesozoikum.

Jadi sebenarnya, dinosaurus tidak pernah punah.

Burung berevolusi dari dinosaurus pemakan daging, dan dengan demikian dalam definisi biologis yang ketat, segala sesuatu yang berevolusi dari nenek moyang yang sama ini adalah dinosaurus, yang memiliki karakteristik anatomi yang sama, dikutip dari laman Swinburne University of Technology.

Baca juga: Bagaimana Dinosaurus Bisa Mendominasi Bumi?

“Mereka bilang dinosaurus punah, tapi hanya dinosaurus non-unggas yang punah. Burung tetaplah dinosaurus, dan burung masih berevolusi, jadi kita pasti akan melihat spesies burung baru berevolusi – dan itu akan menjadi spesies dinosaurus baru." kata Maidment.

"Hewan yang punah secara alami, mungkin 150 juta tahun yang lalu, tidak akan mengenali apa pun di dunia ini jika Anda membawanya kembali,” kata Maidment.

“Apa yang akan dimakannya ketika rumput belum berevolusi saat itu? Fungsinya apa, kita taruh dimana?" pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com