Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Berlian Bisa Hancur Terbakar? Sains Jelaskan

Kompas.com - 07/09/2020, 13:01 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Berlian adalah tanda cinta yang abadi. Demikian yang sering digaungkan tentang berlian. Selain itu, berlian juga sering disebut lebih baik dari emas, karena bisa bertahan miliaran tahun. Tetapi, bisakah berlian terbakar?

Dengan penerapan panas yang tepat dan oksigen yang cukup, berlian rupanya bisa terbakar hingga mengeluarkan asap.

Sama seperti batubara, berlian adalah karbon. Dibandingkan batubara, dibutuhkan lebih banyak usaha untuk membuat berlian terbakar dan menjaganya tetap menyala, hingga akhirnya berlian hancur terbakar.

Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Material Paling Hitam di Bumi, Bisa Hilangkan Berlian

Triknya adalah menciptakan kondisi yang tepat, sehingga berlian padat dapat bereaksi dengan oksigen yang dibutuhkan untuk menyalakan api.

"Anda harus mengubah karbon padat itu menjadi bentuk gas, sehingga dapat bereaksi dengan udara untuk membuat nyala api," kata Rick Sachleben, pensiunan ahli kimia dan anggota American Chemical Society.

Menurut fisikawan West Texas A&M University, Christopher Baird cara terbaik untuk membakar berlian adalah dengan suhu panas yang sangat tinggi. Dalam suhu ruangan udara, berlian akan terbakar di sekitar suhu 1.652 derajat Fahrenheit (900 derajat Celcius).

Sebagai perbandingan, batubara volatil tinggi (batubara yang mengandung sejumlah besar gas yang mudah dilepaskan) terbakar pada suhu sekitar 1.233 F (667 Celcius), sedangkan kayu dapat terbakar pada suhu 572 F (300 Celcius) atau kurang, tergantung pada jenisnya.

Saat pertama kali dipanaskan, berlian akan bersinar merah, lalu putih. Panas memungkinkan reaksi antara permukaan berlian dan udara, mengubah karbon menjadi gas karbon monoksida yang tidak berwarna dan tidak berbau (atom karbon ditambah atom oksigen).

"Karbon ditambah oksigen untuk membuat karbon monoksida menghasilkan panas; karbon monoksida yang bereaksi dengan oksigen akan menghasilkan lebih banyak panas. Kemudian, panas yang meningkat menyebabkan karbon monoksida menjauh, sehingga lebih banyak oksigen dibawa masuk," kata Baird seperti dilansir Live Science, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Ilmuwan Temukan 1.000 Triliun Ton Berlian di Bawah Permukaan Bumi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com