India kata dia telah memberi Sri Lanka jalur kredit yang sangat dibutuhkan untuk membeli bahan bakar.
“India selalu menjadi pemain utama. Mereka tidak dapat memiliki ketidakstabilan di depan pintu mereka. Ketidakstabilan di Sri Lanka bukanlah yang diinginkan India,” kata Wickremesinghe.
Baca juga: Sri Lanka Bangkrut, IMF Minta 2 Hal Ini untuk Keluar dari Krisis
Beberapa analis kebijakan luar negeri telah menunjukkan bahwa China, pemberi pinjaman terbesar ketiga Sri Lanka, lambat menanggapi krisis di negara kepulauan itu.
Mereka mengatakan Beijing kesal karena pemerintah Rajapaksa membatalkan proyek infrastruktur tahun lalu oleh perusahaan China. Namun, Wickremesinghe membantah adanya ketegangan dalam hubungan dengan China.
Negara kepulauan berpenduduk 22 juta jiwa itu hampir terhenti karena kekurangan bahan bakar dan barang-barang penting seperti makanan dan obat-obatan. Pemerintah kehabisan cadangan devisa untuk mengimpor komoditas awal tahun ini.
Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya pada April, dan cadangan devisa yang dapat digunakan sangat rendah, sehingga harus berjuang menutupi kebutuhannya dari pasar internasional.
Di Colombo, jalanan hampir kosong. Beberapa antrian panjang terlihat di dekat beberapa SPBU yang masih buka, tetapi lembaga pendidikan, bisnis, dan kantor pemerintah tetap tutup.
Hotel-hotel di ibu kota - yang dulu penuh dengan turis - berjuang untuk tetap bertahan karena penurunan tajam dalam tamu.
Baca juga: Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri, Bangkrut Juga seperti Sri Lanka?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.