Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beijing Tanggapi Tuduhan NASA Soal Rencana China untuk Mengambil Alih Bulan

Kompas.com - 05/07/2022, 18:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

BEIJING, KOMPAS.com - China membatah memiliki rencana untuk mengambil alih Bulan seperti yang dituduhkan oleh Administrator NASA Bill Nelson, yang sebelumnya dilaporkan menyuarakan keprihatinan sebaliknya.

Berbicara kepada surat kabar Jerman Bild pada Sabtu (2/7/2022), Nelson mengatakan ada "perlombaan baru ke luar angkasa" antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Pria yang dilantik sebagai kepala NASA pada Mei tahun lalu itu, merujuk kondisi yang sama seperti perlombaan luar angkasa sebelumnya antara AS dan Uni Soviet antara 1950 dan 70-an.

Baca juga: China Kembali Kirim Tim ke Stasiun Tiangong, Berambisi Penuh jadi Penguasa Luar Angkasa

"Kita harus sangat khawatir jika China mendarat di bulan dan berkata: 'Ini milik kita sekarang dan Anda tetap di luar,'" kata Nelson kepada Bild pada Sabtu (2/7/2022), diterjemahkan dari bahasa Jerman, mengungkap kekhawatirannya akan rencana China mengklaim bulan sebagai miliknya.

Kontestasi era Perang Dingin sebelumnya menempatkan AS di puncak program laur angkasa dunia, dengan menjadi negara pertama dan satu-satunya yang menempatkan manusia di permukaan bulan, meski belum melakukan misi yang sama lagi sejak yang terakhir dengan Apollo 17 pada 1972.

AS masih melanjutkan program untuk kembali ke permukaan bulan dengan program Artemis NASA yang sekali lagi berjalan lancar.

Tetapi kali ini, AS bukan satu-satunya negara yang melakukan misi ke satelit alami bumi itu.

Baca juga: NASA Rilis Video Menakjubkan Jupiter, Direkam Pesawat Luar Angkasa Juno

Pada April tahun ini, badan antariksa China National Space Administration (CNSA) mengatakan sedang memasuki fase baru dari program eksplorasi bulannya.

Program itu akan melibatkan peluncuran tiga wahana antariksa sebelum 2030, dan basis penelitian internasional di bulan itu sendiri, yang dapat mulai menjadi tuan rumah kru luar angkasanya pada 2030-an.

Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, membalas pernyataan tersebut selama konferensi pers kementerian pada Senin (4/7/2022).

Menurutnya, ini bukan pertama kalinya administrator NASA mengecam China dengan mengabaikan fakta.

“Beberapa pejabat AS telah berbicara secara tidak bertanggung jawab untuk menggambarkan upaya luar angkasa yang normal dan sah dari China. China dengan tegas menolak pernyataan seperti itu,” kata Lijian sebagaimana dilansir Newsweek.

Baca juga: SpaceX Kembali Meluncur ke Luar Angkasa dalam Misi Terbaru NASA

Lijian kemudia balik melempar tuduhan bahwa AS telah "mendefinisikan ruang angkasa sebagai domain perang".

Dia pun menuduh “Negeri Paman Sam” telah "menghalangi kerja sama ruang angkasa, dengan sengaja menjatuhkan sanksi pada badan antariksa negara lain, dan mengesahkan undang-undang untuk melarang semua bentuk kerja sama dan pertukaran ruang angkasa dengan China."

Komentar Nelson juga memicu kemarahan di outlet berita negara Global Times China, yang menerbitkan sebuah laporan di mana Nelson disebut sebagai orang yang "berpikiran kolonial".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

Global
WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com