Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Sri Lanka Diyakini Bisa Membaik dalam 18 Bulan, Ini Rencana Pemerintahnya

Kompas.com - 05/07/2022, 20:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

 

COLOMBO, KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Ranil Wickremesinghe mengaku yakin akan dapat memperbaiki krisis Sri Lanka, tetapi memperingatkan itu akan memakan waktu 18 bulan sebelum stabilitas kembali.

“Tahun 2023 akan sulit, tetapi pada 2024 segalanya akan membaik,” kata Wickremesinghe kepada Al Jazeera pekan lalu dalam wawancara mendalam terkait krisis Sri Lanka di kediaman resminya di Ibu Kota Colombo.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Stok BBM Sri Lanka Tinggal Sehari | Rusia Kuasai Luhansk

Pemimpin berusia 73 tahun, yang pada Mei kembali menjadi PM Sri Lanka untuk keenam kalinya, mengatakan bahwa dia mengambil pekerjaan itu dalam keadaan luar biasa.

“Kami memiliki hampir dua hari tanpa pemerintah; keadaan menjadi tidak terkendali,” katanya, mengingat protes massa atas kekurangan bahan bakar dan listrik yang memaksa Mahinda Rajapaksa, pendahulunya dan saudara laki-laki Presiden Gotabaya Rajapaksa, untuk mengundurkan diri.

“Saya pikir ‘situasinya buruk, ini negara Anda, jadi Anda tidak dapat bertanya-tanya apakah Anda akan berhasil atau tidak. Anda mengambil alih dan bekerja untuk berhasil,'” kata Wickremesinghe, yang bertemu dengan presiden atas permintaan beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa di Sri Lanka Podujana Peramuna.

“Saya memiliki keyakinan bahwa saya dapat membalikkan keadaan ekonomi,” katanya.

Baca juga: Kenapa Sri Lanka Krisis BBM dan Bangkrut? Begini Ceritanya...

Apa rencana pemerintah Sri Lanka untuk atasi krisis?

Wickremesinghe, yang ditugaskan untuk mengangkat negara Asia Selatan ini keluar dari krisis terburuk sejak kemerdekaan pada 1948, mengatakan akan ada kekurangan bahan bakar sampai setidaknya 22 Juli, ketika pengiriman berikutnya diharapkan datang.

“Kami membeli bahan bakar baik menggunakan jalur kredit India atau valuta asing yang kami dapatkan dari pengiriman uang," katanya.

"Itu (pengiriman uang) dalam jumlah kecil, tetapi bagaimanapun, kadang-kadang kita mendapatkan satu miliar dolar atau satu setengah miliar. Sisa cadangan dari yang kami terima dari kreditur sudah habis.” 

Inflasi makanan telah meningkat hampir 60 persen, sementara jatuhnya rupee Sri Lanka lebih dari 80 persen sejak Maret semakin mengikis daya beli masyarakat.

Bulan lalu, perdana menteri mengatakan ekonomi telah "runtuh".

“Ini adalah kemunduran besar bagi perekonomian dan menyebabkan banyak kesulitan bagi masyarakat… Kami telah mengambil langkah… terutama untuk mendapatkan gas, yang akan tersedia dalam beberapa hari ke depan,” katanya kepada Al Jazeera, menambahkan pasokan solar dan minyak tanah juga telah dibuat.

“Masalahnya adalah bensin … dan itu akan memakan sedikit waktu.”

Dampak krisis Sri Lanka bangkrut, sepeda motor dan bajaj berjejer di pinggir jalan untuk mengantre pembelian BBM di SPBU Ceylon Petroleum Corporation (CPC) di Colombo, Minggu (26/6/2022).AFP Dampak krisis Sri Lanka bangkrut, sepeda motor dan bajaj berjejer di pinggir jalan untuk mengantre pembelian BBM di SPBU Ceylon Petroleum Corporation (CPC) di Colombo, Minggu (26/6/2022).

Baca juga: Sri Lanka Kesulitan Bayar Minyak, Stok BBM Hanya Bertahan Sehari

Perdana menteri menambahkan bahwa kesepakatan gas telah diamankan, dengan sebagian besar dana berasal dari Bank Dunia. Ini akan memastikan pasokan setidaknya untuk empat bulan ke depan.

Sri Lanka telah mengadakan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia untuk mengatasi gejolak keuangan, yang disebabkan oleh kebijakan berorientasi impor selama beberapa dekade.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com