COLOMBO, KOMPAS.com - Sri Lanka krisis BBM (Bahan Bakar Minyak) usai menyatakan bangkrut akibat gagal membayar utang luar negeri.
Dampak Sri Lanka krisis bahan bakar salah satunya adalah larangan untuk menjual bensin dan solar ke kendaraan pribadi.
Krisis Sri Lanka terkini juga mengakibatkan warga di negara Asia Selatan itu kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan.
Baca juga: Sri Lanka Kesulitan Bayar Minyak, Stok BBM Hanya Bertahan Sehari
Dikutip dari BBC pada Rabu (29/6/2022), berikut adalah awal mula Sri Lanka krisis BBM dan kondisi Sri Lanka terkini.
Jadi, Pemerintah Sri Lanka menghentikan penjualan BBM ke masyarakat biasa hingga 10 Juli 2022, dan dianggap sebagai negara pertama yang melakukannya sejak 1970-an.
Pada akhir pekan lalu, para pejabat mengatakan bahwa stok BBM Sri Lanka yang tersisa untuk layanan utama seperti bus, kereta api, dan kendaraan medis tinggal kurang dari seminggu.
Akibat Sri Lanka krisis BBM, sekolah-sekolah ditutup dan 22 juta penduduknya diminta bekerja dari rumah.
Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan harga melambung tinggi. Inflasi sekarang mencapai 30 persen.
Kemudian, terjadi pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan membawa sistem kesehatan ke ambang kehancuran.
Keadaan Sri Lanka sekarang diperparah dengan unjuk rasa yang menyebar ke seluruh negara pulau itu dalam beberapa bulan terakhir.
Baca juga:
Pada Mei 2022, Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Pemerintah menyalahkan pandemi Covid yang memengaruhi kedatangan turis ke Sri Lanka, karena merupakan salah satu penghasil mata uang asing terbesarnya.
Sri Lanka juga mengatakan, wisatawan ketakutan oleh serangkaian serangan bom mematikan di gereja-gereja pada 2019.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.