Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Setelah Kudeta Myamnar, Warga Masih Cari Kerabat yang Hilang

Kompas.com - 01/02/2022, 09:29 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

Myint Aung, yang berusia di atas 50 dan kini tinggal di sebuah kamp bagi pengungsi di Kayah, mengatakan putranya Pascalal yang berusia 17 tahun hilang pada September 2021.

Remaja itu mengatakan kepada ayahnya akan mengunjungi rumah mereka di Loikaw, ibu kota negara bagian itu, untuk melihat-lihat situasi, namun dia kemudian tak pernah kembali.

"Ternyata, menurut penduduk desa setempat, dia ditahan oleh pasukan keamanan," kata Myint Aung kepada Reuters lewat telepon.

Ketika Myint mendatangi kantor polisi untuk membawakan makanan, dia melihat tentara menjaga kawasan itu dan dia memilih untuk melarikan diri.

Sejak itu, Myint Aung tak pernah lagi mendengar kabar anaknya, namun kelompok HAM memberi tahu bahwa anaknya tak lagi ditahan di kantor polisi berdasarkan pembicaraan dengan sejumlah orang yang baru saja dibebaskan.

Baca juga: Perusahaan Minyak Perancis dan AS Tinggalkan Myanmar

Reuters tak dapat memverifikasi informasi ini secara independen.

Banyar Khun Naung, direktur kelompok HAM Karenni, mengatakan remaja itu adalah salah satu dari dua anak muda dalam gambar viral di media sosial.

Dalam gambar itu mereka terlihat melakukan salut "Hunger Games" yang diadopsi oleh para pemrotes ketika mereka ditangkap di sisi sebuah jalan, diikat bersama dengan seutas tali oleh seorang tentara. Saudara perempuannya memastikan lewat telepon bahwa dia adalah Pascalal.

Foto itu tampak dalam sebuah unggahan viral dari sebuah akun yang sepertinya milik perwira militer, dengan keterangan,"Sementara kami membiarkan mereka melakukan yang mereka inginkan sebelum kami menembakkan peluru ke kepala mereka".

Akun tersebut kemudian dihapus dan Reuters tidak bisa mengontak pemiliknya untuk meminta komentar.

"Dia hanya bocah laki-laki sipil di bawah umur dan dia tidak melakukan kesalahan apa pun," kata ayahnya.

Polisi di Loikaw tidak menjawab panggilan telepon dari Reuters yang meminta komentar.

Di Yangon, keluarga Wai Soe Hlaing mengatakan kepada putrinya yang berusia empat tahun bahwa ayahnya sedang bekerja di tempat jauh. Kadang-kadang, kata Win Hlaing, anak itu berbisik kepadanya, "Papaku sudah pergi terlalu lama".

Baca juga: Cerita Nakes Myanmar Melawan Junta, Boikot RS Pemerintah dan Rawat Pasien dari “Bawah Tanah”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com