PHNOM PENH, KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menelepon Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen pada pekan ini sebelum pemimpin itu memulai kunjungannya ke Myanmar.
Diketahui, Hun Sen mengunjungi Myanmar pada Jumat (7/1/2022) untuk berdialog dengan junta militer di sana, sebagaimana dilansir Antara.
Setelah berbicara dengan Hun Sen, Jokowi mengetwit di Twitter bahwa jika tidak ada kemajuan signifikan dalam rencana perdamaian di Myanmar, hanya perwakilan non-politik yang boleh menghadiri pertemuan ASEAN.
Baca juga: 30 Orang Lebih Dibunuh dan Dibakar di Myanmar, AS Serukan Embargo Senjata
Negara ASEAN lainnya, termasuk Indonesia, menyatakan rasa frustrasinya akibat kegagalan junta mengimplementasikan perjanjian perdamaian yang telah memicu perpecahan di ASEAN.
Kunjungan Hun Sen ke Myanmar sendiri memicu aksi protes di seluruh wilayah negara yang dilanda konflik itu.
Should there be no significant progress on the implementation of 5PCs, Myanmar should only be represented by non-political level at ASEAN meetings.
— Joko Widodo (@jokowi) January 5, 2022
Kelompok yang menentang kudeta Myanmar khawatir bahwa kunjungan Hun Sen akan memberikan legitimasi lebih kepada junta militer.
Kunjungan Hun Sen ke sana juga menjadi kunjungan kepala pemerintahan asing pertama ke sana sejak militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021.
Saat ini, Kamboja didapuk sebaga Ketua ASEAN.
Baca juga: Aktor Myanmar yang jadi Buronan Junta Dipenjara 3 Tahun
Perhimpunan negara-negara di Asia Tenggara itu telah mengupayakan menyelesaikan krisis di Myanmar dan yang mengadopsi rencana perdamaian berupa lima poin konsensus pada April 2021.
Di Myanmar, kelompok yang menentang kekuasaan militer menyebut Hun Sen mendukung junta dengan melakukan kunjungan itu.
Di Depayin, sekitar 300 kilometer di utara Naypyidaw, pengunjuk rasa membakar poster Hun Sen. Unjuk rasa juga dilaporkan pecah di wilayah Mandalay, Tanintharyi, dan Monywa.
Dalam pidatonya pada Rabu (5/1/2022), Hun Sen meminta semua pihak di Myanmar untuk menahan diri agar rencana perdamaian dapat ditindaklanjuti.
“Saudara-saudara di Myanmar, apakah Anda ingin negara Anda jatuh ke perang saudara yang sesungguhnya atau ingin menyelesaikannya,” katanya.
Baca juga: PBB Merasa Ngeri atas Laporan 35 Orang Dibunuh dan Dibakar di Myanmar
“Poin pertama konsensus adalah kesabaran, penghentian kekerasan. Ini tujuan yang kita inginkan,” katanya.
Seorang aktivis terkemuka di Myanmar, Min Ko Naing, mengatakan bahwa Hun Sen akan menghadapi protes besar-besaran dalam kunjungannya yang akan merugikan ASEAN.