Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Korea Selatan Janji Kejar Deklarasi Damai dengan Korea Utara Sampai Akhir

Kompas.com - 04/01/2022, 21:37 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

SEOUL, KOMPAS.com - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berjanji menggunakan bulan-bulan terakhirnya di pemerintahan untuk mendorong terobosan diplomatik dengan Korea Utara, meski Pyongyang masih diam tentang upayanya untuk mengamankan deklarasi damai antara kedua negara.

“Saya tidak akan menghentikan upaya untuk melembagakan perdamaian berkelanjutan,” kata Moon pada Senin (3/1/2022) dalam pidato Tahun Baru terakhirnya sebelum masa jabatan lima tahunnya berakhir pada Mei melansir Al Jazeera.

Baca juga: Korea Selatan dan AS Sepakati Rancangan Naskah untuk Mengakhiri Perang Korea

“Pemerintah akan mengejar normalisasi hubungan antar-Korea dan jalan perdamaian yang tidak dapat diubah sampai akhir. Saya berharap upaya untuk dialog akan berlanjut di pemerintahan berikutnya juga.”

Sementara itu, dalam pidatonya pada Malam Tahun Baru, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berfokus pada peningkatan ekonomi dan peningkatan kehidupan masyarakat.

Menandai 10 tahun berkuasa saat itu, Kim Jong Un tidak menyebutkan seruan Moon untuk deklarasi yang secara resmi mengakhiri Perang Korea 1950-53. Dia juga tidak menyinggung pembicaraan denuklirisasi yang terhenti dengan Amerika Serikat (AS).

Moon mengadakan beberapa pertemuan puncak dengan Kim, termasuk satu di Pyongyang, selama negosiasi yang kacau pada 2018 dan 2019.

Tetapi proses itu tersendat di tengah ketidaksepakatan atas tuntutan internasional agar Korea Utara menyerahkan gudang senjata nuklirnya.

Di sisi lain Pyongyang menyerukan agar Washington dan Seoul untuk melonggarkan sanksi, dan membatalkan "kebijakan permusuhan" lainnya.

Baca juga: Korea Selatan Berjuang Menghadapi Penyusutan Populasi

Moon mendorong “deklarasi akhir perang” sebagai cara untuk menghidupkan kembali pembicaraan yang terhenti, dan pemerintahannya mengisyaratkan diskusi saluran diskusi alternatif.

Tetapi Korea Utara belum secara terbuka menanggapi desakan terbaru itu. AS sementara telah mengatakan mendukung gagasan itu, tetapi mungkin tidak setuju dengan Korea Selatan mengenai waktunya.

“Memang benar bahwa masih ada jalan panjang yang harus dilalui,” Moon mengakui.

Tetapi dia berpendapat bahwa jika kedua Korea meningkatkan hubungan, masyarakat internasional akan mengikuti.

Moon mengatakan usahanya menjangkau Korea Utara dimungkinkan oleh penumpukan militer besar, yang membantu membuat Selatan lebih aman.

“Perdamaian mungkin terjadi dengan keamanan yang kuat,” katanya.

Baca juga: Orang Asing yang Masuk Korea Utara Saat Tahun Baru 2022 Diduga Pembelot yang Kembali

Moon juga berbicara tentang pandemi Covid-19 yang berkelanjutan dalam pidatonya.

Dia mengungkapkan penghargaan kepada petugas kesehatan negara itu, dan menyampaikan belasungkawa kepada orang yang meninggal dan keluarga mereka.

Presiden “Negeri Gingseng” mengatakan dia akan “menjadikan tahun 2022 sebagai tahun pertama normalisasi dengan sepenuhnya pulih dari krisis”, meskipun dia juga memperingatkan agar tidak berpuas diri mengingat munculnya varian Omicron dari virus corona.

Covid-19 Korea Selatan mencatat lonjakan kasus harian menjadi hampir 8.000 bulan lalu. Tetapi aturan yang lebih ketat tentang jarak sosial dan inisiatif kesehatan masyarakat lainnya telah membantu memperlambat penyebaran.

Sedangkan Korea Utara memberlakukan penutupan perbatasan yang ketat sejak awal pandemi pada awal 2020, dan menyatakan tidak ada kasus virus Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com