PYONGYANG, KOMPAS.com – Seorang tentara wanita Korea Utara yang melarikan diri mengungkapkan siksaan yang dialami para wanita di pasukan Kim Jong Un.
Desertir yang menyebut dirinya sebagai Jennifer Kim tersebut menuturkan bahwa para tentara wanita menghadapi pelecehan seksual, aborsi tanpa anestesi, dan kelaparan.
Dia juga mengeklaim bahwa para tentara wanita dipaksa untuk menggunakan alas kaki yang basah sebagai pembalut serta mengalami hukuman yang kejam.
Baca juga: Biografi Kim Jong Il: Pewaris Takhta Pemimpin Agung Korea Utara
Melansir Mirror, Senin (21/12/2201), Jennifer memperkirakan bahwa 70 wanita di militer Korea Utara telah menjadi korban serangan seksual atau pelecehan seksual, tak terkecuali dirinya.
Jennifer, yang kini tinggal di AS, menceritakan pengalaman pahitnya serangan seksual yang dialaminya dalam sebuah wawancara dengan Komite Hak Asasi Manusia di Korea Utara (HRNK).
Kala itu, ketika berusia 23 tahun, seorang petinggi meminta Jennifer datang ke kantornya. Dia sadar akan mengalami hal mencekam, tapi dia tak bisa menolak.
Bila dia menolak panggilan tersebut, dia bisa dikeluarkan dari keanggotaan Partai Buruh Korea dan dipecat dari dinas ketentaraan. Selian itu, dia juga bakal menghadapi stigma dari masyarakat.
Baca juga: Kenang Kematian Kim Jong Il, Rakyat Korea Utara Dilarang Tertawa 11 Hari
“Itu berarti kamu tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik dan itu akan menjadi masalah ketika kamu mencoba untuk menikah. Akhirnya, saya diserang secara seksual olehnya,” tutur Jennifer.
Singkat cerita, Jennifer hamil. Namun, dia dipaksa menggugurkan kandungannya tanpa dibius.
“Kejadian itu masih menghantuiku sampai hari ini. Karena pengalaman itu, saya masih terus berjuang secara mental dan saya juga belum bisa punya anak sampai kini,” tutur Jennifer.
Selain menceritakan pengalaman pahit yang tak terperi tersebut, Jennifer juga mengungkapkan penderitaan lain selama menjadi tentara wanita Korea Utara.
Baca juga: Korea Utara Pernah Eksekusi 7 Orang karena Tonton Video Korea Selatan
Dalam beberapa tahun saat berdinas di militer, dia mengaku hanya merasakan memakai pembalut sebanyak empat kali.
Dia dan rekan-rekannya hanya diberi kain kasa yang harus dicuci dan digunakan kembali selama periode menstruasi.
“Ada kalanya saya mengambil kain kasa bekas yang ditinggalkan perwira senior yang sudah pulang,” katanya.
Bahkan ketika kain kasa tidak tersedia, mereka terpaksa menggunakan footwraps, kain yang dikenakan tentara di sepatu bot mereka. Ini pada gilirannya membuat mereka semakin tersiksa karena kainnya tebal dan kaku.
Baca juga: Korea Utara Pernah Eksekusi 7 Orang karena Tonton Video Korea Selatan