ABUJA, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa kedokteran di Nigeria menangis saat tahu jenazah yang hendak dibedahnya adalah teman sendiri.
Enya Egbe masih ingat betul kejadian pada Kamis tujuh tahun silam, ketika dia berkuliah di Universitas Calabar.
Saat itu, mereka tengah mengikuti kelas Anatomi dan dibagi dalam satu kelompok berisi tiga orang untuk menangani satu kadaver.
Baca juga: Sekitar 50 Mayat Orang Tigray Ditemukan Mengambang di Sungai Sudan
Beberapa menit kemudian, Egbe meninggalkan ruang anatomi dan menangis, setelah tahu sosok kadaver yang ditanganinya.
Dilansir BBC Senin (2/8/2021), jenazah yang hendak dibedah adalah Divine, teman Egbe selama tujuh tahun.
"Kami sering pergi ke klub bersama. Ada dua lubang peluru yang bersarang di dada sebelah kanannya," papar Egbe.
Mahasiswa kedokteran lainnya, Onyifo Ana juga berlari setelah Egbe, dan menemukan temannya itu terisak di luar.
Ana menuturkan, kebanyakan mayat penelitian yang mereka pakai berlubang oleh peluru. "Saya merasa bersalah saat menyadari mereka kemungkinan bukanlah kriminal," kata dia.
Dia mengungkapkan pada pagi hatinya, dia sudah melihat mobil polisi membawa mobil berisi mayat penuh darah di luar fakultasnya.
Baca juga: Dikira Manekin, Mayat Wanita Dibuang Begitu Saja di Tempat Sampah
Egbe segera mengirim pesan ke keluarga Divine yang ternyata mencari di kantor polisi terdekat. Divine dan tiga temannya ditangkap saat sedang keluar.
Penemuan mengejutkan Egbe menunjukkan kurangnya kadaver bagi mahasiswa kedokteran, dan nasib orang yang ditangkap polisi.
Di Nigeria, aturan saat ini menyebutkan "jasad tak bertuan" bisa diserahkan ke fakultas kedokteran jika tak ada keluarga yang mengambil.
Baca juga: 2 Remaja Curi Perhiasan di Tubuh Jenazah lalu Unggah Video di Media Sosial
Menurut jurnal Clinical Anatomy, lebih dari 90 persen kadaver yang dipakai di fakultas kedokteran Nigeria adalah kriminal yang ditembak mati aparat.
Mereka berusia antara 20 sampai 40 tahun, 95 persen di antaranya pria, dan tiga dari empat mayat merupakan warga kelas ekonomi ke bawah.
"Tidak ada yang berubah dalam 10 tahun terakhir," kata Emeka Anyanwu, profesor anatomi di Universitas Nigeria, sebagai salah satu penulis jurnal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.