KABUL, KOMPAS.com - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyalahkan AS karena buru-buru menarik pasukan, saat negaranya dilanda kekerasan meningkat oleh Taliban yang berusaha keras merebut sejumlah ibu kota provinsi.
Militan Taliban menyerang setidaknya 3 ibu kota provinsi semalaman, yaitu Lashkar Gah, Kandahar, dan Herat, seperti yang dilansir dari The Guardian pada Senin (2/8/2021).
Sebelumnya, juga telah berlangsung pertempuran sengit pada akhir pekan yang mengakibatkan ribuan warga sipil melarikan diri dari gerilyawan Taliban.
Baca juga: Taliban Serang Bandara Kandahar di Afghanistan dengan Roket
Pada Senin (2/8/2021), Ghani mengatakan kepada parlemen bahwa proses perdamaian "dari asing dan tergesa-gesa", "tidak hanya gagal membawa perdamaian, tetapi menciptakan keraguan dan ambiguitas" antara orang Afghanistan.
Ghani mengatakan bahwa pemerintahannya sekarang akan fokus melindungi ibu kota provinsi dan wilayah kota-kota penting, dalam menghadapi kemajuan cepat Taliban untuk menguasai wilayah.
"Taliban tidak percaya ada perdamaian abadi dan adil," ujar Ghani.
Pertempuran berkecamuk di Lashkar Gah, ibu kota provinsi Helmand, di mana Taliban meluncurkan serangan terkoordinasi di pusat kota dan penjaranya, setelah pemerintah Afghanistan mengumumkan pengerahan ratusan pasaukan komando ke area itu.
Beberapa jam setelah pernyataan presiden, para militan Taliban menguasai gedung radio dan TV pemerintah provinsi, menggantikan siaran normal dengan lagu-lagu religi.
Baca juga: Xi Jinping Desak China Persiapkan Militer di Tengah Kekhawatiran Keamanan Afghanistan
Bangunan itu terletak hanya 400 meter di sebelah utara kantor gubernur provinsi, yang masih di bawah kendali pemerintah, bersama dengan beberapa instalasi pemerintah lainnya.
Pertempuran telah meningkat di Afghanistan sejak awal Mei, dengan pemberontak Taliban memanfaatkan tahap akhir penarikan pasukan asing yang dipimpin AS setelah hampir 20 tahun beroperasi di sana.
Seorang warga, Hawa Malalai, memperingatkan krisis yang berkembang di Lashkar Gah.
“Ada pertempuran, pemadaman listrik, orang sakit di rumah sakit, jaringan telekomunikasi mati. Tidak ada obat-obatan dan apotek tutup,” ungkap Malalai, seperti yang dikutip Kompas.com dari The Guardian.
Selama bertahun-tahun provinsi Helmand adalah pusat dari kampanye militer AS dan Inggris di Afghanistan, yang sekarang jatuh dalam kondisi ketidakstabilan.
Baca juga: Tentara Afghanistan Pukul Mundur Milisi Taliban di 3 Kota Besar
Provinsi itu merupakan tempat pertempuran paling sengit antara pasukan asing dan Taliban selama bertahun-tahun, ketika puluhan ribu tentara dikerahkan untuk mendukung mantan presiden AS Barack Obama.
Ladang-ladang opium yang luas di sejumlah provinsi menyediakan opium dalam jumlah besar untuk perdagangan heroin internasional, menjadikannya sumber pajak dan uang tunai yang menguntungkan untuk Taliban.