Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Polisi Myanmar yang Kabur ke Perbatasan India karena Tolak Kekerasan Junta Militer

Kompas.com - 10/03/2021, 12:12 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

CHAMPHAI, KOMPAS.com - Sekitar 100 orang Myanmar yang mayoritas adalah polisi dan keluarganya, yang menentang kekerasan junta militer, telah melarikan diri ke perbatasan India sejak protes anti-kudeta mulai pecah.

Melansir Reuters pada Rabu (10/3/2021), mereka ditampung di distrik Champhai, negara bagian Mizoram berbatasan dengan Myanmar, di mana Reuters mewawancarai tiga orang yang polisi Myanmar.

Dua orang pria Tha Peng dan Ngun Hlei, serta seorang wanita Dal, adalah para polisi Myanmar yang melarikan diri dari perintah junta militer.

Mereka memberikan nama singkat, untuk melindungi identitas mereka dari otoritas militer negaranya.

Baca juga: Terungkap, Junta Militer Myanmar Perintahkan Tembaki Demonstran sampai Mati

Tha Peng, polisi berpangkat kopral, telah bertugas di korps kepolisian Myanamr selama 9 tahun.
Ia sempat menunjukkan fotonya menggunakan seragam polisi kepada Reuters.

Tha Peng mengatakan, melarikan diri ke India setelah menolak perintah dari atasannya untuk "menembak sampai mati" para demonstran.

Ia mengungkapkan bahwa menurut aturan polisi, demonstran seharusnya dihentikan dengan peluru karet atau ditembak di bawah lutut. Reuters tidak dapat memverifikasi kebijakan polisi.

Namun, pada 27 Februari ia telah diperintahkan oleh atasannya untuk "menembak sampai mereka mati" di daerah Khampat.

"Hari berikutnya, seorang petugas menelpon, bertanya pada saya, apakah saya akan menembak," ujar Tha Peng.

Pria 27 tahun itu menolak lagi untuk menembak, dan kemudian ia mengundurkan diri dari pasukan.

Tha Peng mengatakan bahwa meskipun dia merindukan keluarganya, dia takut kembali ke Myanmar.

Baca juga: Aksi Suster Ann Roza Lindungi Demonstran Myanmar: Tolong, Tembak Saya Saja

"Saya tidak ingin kembali," katanya sambil duduk di kamar di lantai pertama yang menghadap ke perbukitan hijau yang membentang ke Myanmar.

Ngun Hlei, polisi pria 23 tahun yang ditempatkan di kota Mandalay, juga mengaku telah mendapatkan perintah untuk menembak.

Namun, ia tidak merinci tanggal atau menjelaskan apakah perintah itu adalah menembah untuk membunuh dan tidak merinci korbannya.

Ngun Hlei mengatakan ia ditegur karena menolak perintah, lalu ia dipindahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com