Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khawatir Nasib Rohingya dalam Kudeta Myanmar, DK PBB Bakal Bertemu

Kompas.com - 03/02/2021, 07:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Dewan Keamanan PBB (DK PBB) disebut bakal menggelar pertemuan guna membahas situasi kudeta militer di Myanmar.

Salah satu topik bahasan mereka adalah kekhawatiran bahwa krisis politik itu akan berdampak pada 600.000 Rohingya yang masih bermukim di sana.

Pada Senin (1/2/2021), Tatmadaw atau angkatan bersenjata Myanmar mengambil alih pemerintahan dari tangan pemerintah sipil.

Baca juga: Bagaimana Hidup di Myanmar di Bawah Pemerintahan Diktator Militer?

Mereka menangkap sejumlah pemimpin sipil, seperti pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, yang disebut menjadi tahanan rumah.

Pada 2017, tentara melakukan operasi penindakan di Rakhine, yang berakibat lebih dari 700.000 Muslim Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

PBB melalui Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dan negara Barat lainnya menuding Tatmadaw melakukan pembersihan etnis.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, saat ini terdapat 600.000 warga Rohingya yang masih bertahan di Rakhine.

Sebanyak 120.000 di antaranya berada di kamp pengungsian. Dujarric menyebut mereka tak mendapat akses ke kesehatan maupun pendidikan.

"Jadi kekhawatiran kami adalah (kudeta) ini membuat situasi mereka lebih buruk," ujar dia dikutip Reuters via Channel News Asia Selasa (2/2/2021).

Baca juga: Wanita Ini Lakukan Aerobik di Tengah Kudeta Myanmar Diiringi Lagu Ampun Bang Jago

Karena itu berdasarkan sumber diplomat, ke-15 anggota Dewan Keamanan PBB akan menghelat pertemuan secara tertutup.

Kabar itu diperkuat keterangan Barbara Woodward, Duta Besar Inggris untuk PBB sekaligus Presiden DK untuk Februari.

"Kami ingin menangani ancaman jangka panjang ini demi terciptanya perdamaian dan keamanan. Tentu bekerja sama dengan Myanmar dan negara Asia Tenggara lainnya," paparnya.

China, yang didukung Rusia, melindungi Naypyidaw dari segala resolusi DK PBB atas operasi militer di Rakhine pada 2017.

Baca juga: Viral, Senam Ampun Bang Jago Saat Kudeta Myanmar Diberitakan Media Asing

Misi PBB "Negeri Panda" menyatakan, mereka berharap bisa menggali informasi lebih dari pertemuan DK Selasa waktu setempat.

"Adalah harapan kami juga dewan akan bertindak demi terciptanya stabilitas Myanmar daripada dewan mempererkeruhnya," ujar Beijing.

Sementara juru bicara kementerian luar negeri Wang Wenbin menuturkan, pemerintah berkontak dengan segala pihak demi terciptanya resolusi perdamaian.

Lebih lanjut, Dujarric juga menyerukan supaya Tatmadaw membebaskan Aung San Suu Kyi dan pemimpin sipil lain yang ditahan.

Dujarric menerangkan Utusan Khusus PBB Christine Schraner Burgener terus bergerak demi menyiapkan laporan ke DK PBB.

Baca juga: Banyak Orang Myanmar Bernama Aung, Ini Arti dan Sejarahnya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com