Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Kompas.com - 01/05/2024, 09:08 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com - Banyak pihak menolak rencana Israel meluncurkan serangan darat ke Kota Rafah di Jalur Gaza.

PBB termasuk yang mengecamnya. 

Terbaru, Kepala Koordinator Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, pada Selasa (30/4/2024) mengatakan operasi darat oleh pasukan Israel di Rafah, Gaza selatan, akan menjadi sebuah tragedi.

Baca juga: Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

"Kebenaran yang paling sederhana adalah bahwa operasi darat di Rafah akan menjadi tragedi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada rencana kemanusiaan yang dapat menandinginya," kata dia.

Griffiths memberikan komentar tersebut setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melancarkan serangan ke Rafah yang telah menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 1,5 juta warga Palestina.

Dengan Hamas mempertimbangkan rencana gencatan senjata yang diusulkan dalam pembicaraan Kairo dengan mediator AS, Mesir, dan Qatar, Netanyahu bersumpah untuk melancarkan serangan ke Rafah dengan atau tanpa kesepakatan.

Washington telah bergabung dengan seruan-seruan terhadap Israel dari negara-negara lain dan organisasi-organisasi kemanusiaan untuk mengecualikan kota tersebut karena khawatir serangan militer akan mengakibatkan jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar.

"Dunia telah meminta pihak berwenang Israel selama berminggu-minggu untuk mengecualikan Kota Rafah, namun operasi darat di sana sudah di depan mata," kata Griffiths, dikutip dari AFP.

Ia menegaskan, serangan darat Israel ke Rafah dengan dalih memburu Hamas hanya akan membawa petaka bagi warga sipil.

Baca juga: Israel Siap Evakuasi Warga Sipil Palestina dari Rafah, Apa Tujuannya?

"Bagi ratusan ribu orang yang telah mengungsi ke titik paling selatan Gaza untuk menghindari penyakit, kelaparan, kuburan massal, dan pertempuran langsung, invasi darat akan menyebabkan lebih banyak lagi trauma dan kematian," jelas Griffiths.

"Bagi lembaga-lembaga yang berjuang untuk memberikan bantuan kemanusiaan di tengah-tengah permusuhan aktif, jalan yang tidak dapat dilewati, persenjataan yang belum meledak, kekurangan bahan bakar, penundaan di pos-pos pemeriksaan, dan pembatasan oleh Israel, invasi darat akan menjadi pukulan yang menghancurkan," tambahnya.

Ia menuturkan PBB sedang berupaya sekuat tenaga untuk mencegah kelaparan dan kematian di Gaza.

Griffiths sangat menyesalkan jika Israel tetap akan meluncurkan serangan darah ke Rafah.

Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Gaza sendiri telah mencapai 34.500 lebih sekarang.

Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 34.535 orang di Jalur Gaza, sebagian besar justru perempuan dan anak-anak.

Baca juga: AS Tetap Tolak Serangan Israel ke Rafah meski Netanyahu Sudah Tetapkan Tanggal

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com