Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diplomat AS: Pengumuman “Dini” di Situs Kemenlu AS 100 Persen Bukan Hack, Penyelidikan Internal Tengah Berjalan

Kompas.com - 13/01/2021, 19:41 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Dalam beberapa hari terakhir, puluhan diplomat karier AS menandatangani dua pernyataan perbedaan pendapat terhadap pemerintahnya. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.

“Mereka mengutuk Trump karena menghasut pemberontakan mematikan di Gedung Capitol pekan lalu,” seperti dilaporkan majalah Foreign Policy dan media lainnya.

Media tersebut melaporkan bahwa pernyataan kedua paling kuat menegur Pompeo.

Menlu AS itu dituding gagal mengeluarkan pernyataan tegas mengakui bahwa Presiden Terpilih Biden memenangkan pemilu 2020. Dia juga tidak memprotes Presiden yang menghasut tindakan kekerasan pemberontak terhadap Amerika Serikat.

Lebih dari 100 pegawai Kementerian Luar Negeri AS menandatangani penyataan protes tersebut. Tiga diantaranya mengatakan kepada BuzzFeed News bahwa mereka lebih suka reaksi yang lebih kuat bisa disampaikan.

Frustrasi mereka sebagian berasal dari pernyataan lemah Pompeo, yang diterbitkan dalam serangkaian unggahan di Twitter pada Rabu (6/1/2021).

Dia hanya menyebut penyerbuan Gedung Capitol "tidak dapat diterima," tetapi tidak memasukkan penyebutan Trump.

Dihubungi untuk mengomentari perubahan situs pada Senin (11/1/2021), Gedung Putih mengarahkan BuzzFeed News ke pihak Kementerian Luar Negeri AS, yang tidak segera memberikan tanggapan.

Baca juga: Wapres AS Mike Pence Tolak Gunakan Amendemen Ke-25 untuk Gulingkan Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com