Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Krisis Pandemi Covid-19 Memperburuk Ketidaksetaraan Hak Anak

Kompas.com - 20/11/2020, 18:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Komisi Kesetaraan dan Hak Asasi Manusia (EHRC), Komite Hak Anak PBB, mengatakan krisis pandemi virus corona "memperburuk ketidaksetaraan yang ada" serta memiliki dampak "mengancurkan" terhadap hak anak dan kesejahteraan anak.

Berdasarkan data EHRC seperti yang dilansir dari The Independent pada Jumat (20/11/2020), disebutkan bahwa sebelum pandemi Covid-19 melanda, jumlah anak yang hidup dalam kemiskinan di Inggris sudah meninggat.

Pada 2018/2019 angka kemiskinan yang melanda anak Inggris mencapai sebesar 4,2 juta dengan usia anak di bawah 16 tahun. Angka itu 30 persen dari populasi anak secara nasional.

Baca juga: Ratu Inggris Elizabeth II dan Pangeran Philip Rayakan Ulang Tahun Pernikahan Ke-73

Sementara berdasarkan data pada 2011/2012, jumlah kemiskinan pada anak ada sebanyak 600.000 lebih.

EHRC mengatakan sekarang lebih banyak keluarga berisiko berada dalam garis kemiskinan yang didorong karena kesulitan ekonomi akibat pandemi virus corona.

Sementara, keluarga yang sudah berada di garis kemiskinan akan mengalami kesulitan ekonomi yang jauh lebih berat, dengan anak-anak di antara mereka yang akan terkena dampak paling parah.

Baca juga: Waspadai Bahaya Internasional, Inggris Anggarkan Dana Militer Terbesar Sejak Perang Dingin

Penutupan sekolah dan ketidaksetaraan dalam lingkungan belajar di rumah juga berisiko memperburuk kesenjangan dalam pencapaian kesejahteraan.

Pembelajaran online juga dikatakan EHRC akan merusak hak atas pendidikan dan mungkin memiliki efek jangka panjang pada pencapaian kesetaraan hak.

Dalam melindungi kesetaraan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang optimal, EHRC juga melihat pemerintah mengahadapi tantangan dengan adanya berkurangnya jumlah tenaga kerja pendidik, aturan jarak sosial, dan berkurangnya sumber pendanaan, karena pemerintah cenderung memfokuskan pada penanganan pandemi virus corona.

Baca juga: Jadi Pahlawan, Diplomat Inggris di China Ini Selamatkan Wanita yang Hampir Tenggelam

Lalu, pihaknya juga memperingatkan bahwa gabungan masalah dari kapasitas terbatas dalam layanan kesehatan mental dan anak-anak yang putus sekolah, bisa memberikan efek yang "parah dan bertahan lama".

Meskipun, efek pandemi pada kesehatan mental anak belum sepenuhnya dipahami.

Selain itu, EHRC juga menyoroti risiko pelecehan selama pandemi virus corona terhadap anak-anak.

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Dikarantina Lagi, Seperti Apa Kondisinya?

Ada potensi peningkatan jumlah kekerasan yang dialami oleh anak-anak dalam sistem peradilan pidana dan penahanan anak-anak dengan ketidakmampuan belajar.

Tulip Siddiq, menteri bayangan untuk anak-anak Inggris, mendesak para menteri terkait untuk fokus mendukung perkembangan dan kesejahteraan anak, memperingatkan bahwa lebih banyak keluarga yang "tertatih-tatih di ambang kemiskinan".

“Anak-anak mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk jatuh sakit akibat Covid-19, tetapi mereka menjadi korban pandemi ini,” ujar Siddiq.

Baca juga: Kontak dengan Orang Positif Covid-19, PM Inggris Boris Johnson Dikarantina Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com