Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fasilitas Nuklir Iran Natanz Terbakar, Israel Diduga Pasang Bom

Kompas.com - 06/07/2020, 19:30 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

"Kami mengambil tindakan yang lebih baik tidak diucapkan," kata Ashkenazi.

Baca juga: Diduga karena Ledakan, Pabrik Centrifuge Iran Hangus Terbakar

Beberapa bulan terakhir, terjadi banyak insiden yang menimpa kompleks perindustrian di Iran. Insiden-insiden itu secara umum dikaitkan dengan Israel.

Sebelumnya terjadi ledakan di dua pembangkit listrik di Iran dan terjadi kebocoran gas klorin di pabrik kimia. Keduanya dinyatakan Iran sebagai sebuah kecelakaan.

Pekan sebelumnya, sebuah lendakan terjadi di fasilitas produksi rudak di kompleks militer Khojir, Teheran timur. Kejadian itu, menurut pejabt, disebabkan tangki bensin yang meledak.

Para pejabat Iran mengatakan di depan publik bahwa mereka tahu penyebab kejadian di Natanz, namun mereka informasi itu untuk saat ini.

Iran menggunakan centrifuge berkecepatan tinggi dalam memproses dan mengayakan uranium.

Baca juga: Arab Saudi Minta Sikap Tegas Internasional soal Embargo Senjata Iran

Kadar uranium yang lebih rendah digunakan untuk reaktor nuklir sedangkan kadar uranium yang kaya menjadi bahan baku membuat bom atom.

Pekerjaan yang dilakukan di Natanz adalah membuat centrifuge yang lebih canggih untuk memperkaya uranium lebih cepat.

Serangan Bom

Juru Bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan peralatan cangggih yang ada di Natanz telah rusak.

Dia menambahkan penundaan produksi di Natanz bisa sampai beberapa bulan namun tidak ada korban jiwa.

Penyelidik mempertimbangkan kemubngkinan bahwa Natanz diserang oleh rudal jelajah atau pesawat nirawak. 

Namun Garda Revolusi mengira kemungkinan paling masuk akal adalah seseorang membawa bom ke dalam gedung.

Baca juga: AS-Iran Akan Bertemu untuk Bahas Kesepakatan Nuklir

Mereka belum mengetahui bagaimana dan kapan bom itu masuk. Tetapi serangan tersebut dengan jelas membuat lubang di dalam fasilitas tersebut.

Di bawah kesepakatan nuklir 2015, Iran membuat kesepakatan dengan AS, China, Rusia, dan Eropa untuk membatasi pengayaan uranium mereka.

Namun sejak Presiden AS, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan dan menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Iran lantas meningkatkan pengayaan uraniumnya jauh melampaui batas perjanjian yang telah ditentukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com