TEL AVIV, KOMPAS.com - Israel bersuara setelah disorot atas terjadinya kebakaran di fasilitas nuklir Iran, Natanz, pada pertengahan pekan lalu.
Juru bicara Badan Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi menyatakan, kebakaran itu terjadi di bagian sentrifuse, dengan Teheran menuding adanya serangan siber.
Sentrifuse biasanya dipakai untuk melakukan pengayaan uranium, yang digunakan untuk membangkitkan reaktor atau malah senjata nuklir.
Baca juga: Diduga karena Ledakan, Pabrik Centrifuge Iran Hangus Terbakar
Situs nuklir Natanz, bangunan satu lantai yang sebagian besar tertimbun di bawah tanah, adalah pusat program nuklir Iran, dan diawasi Badan Energi Dunia (IAEA).
Dilansir Reuters Minggu (5/7/2020), Israel kemudian ditanya apakah mereka "mengetahui atau mungkin melakukan sesuatu" terhadap Natanz.
Sebsbnya, setidaknya ada tiga pejabat anonim yang mengklaim bahwa fasilitas itu menjadi korban aksi sabotase, dengan dua di antaranya menunjuk ke Tel Aviv.
"Tidak semua insiden yang terjadi Iran harus selalu berhubungan dengan kami," jelas menteri pertahanan sekaligus perdana menteri alternatif Benny Gantz.
Kepada Israel Radio, Gantz mengatakan sistem sentrifuse itu sangatlah kompleks dan berisiko tinggi. "Saya tak yakin mereka bisa menanganinya," jelasnya.
Tel Aviv, yang diyakini adalah satu-satunya pemilik nuklir di Timur Tengah, menegaskan tak akan membiarkan rivalnya itu mendapat senjata pemusnah massal.
Baca juga: Situs Nuklir Terbakar, Iran Siap Kirim Serangan Balasan
Dalam pandangan mereka, Teheran berniat untuk menghancurkan mereka dengan nuklir. Iran pun membantah dan menegaskan mereka tak mencari tujuan tersebut.
Artikel yang dipublikasikan kantor berita IRNA sempat menyebut kebakaran itu bisa jadi dilakukan oleh AS dan Israel. Namun, IRNA tak menyebut secara langsung.
Pada 2010, virus komputer Stuxnet, yang dikembangkan dua negara rival, ditemukan oleh Teheran setelah Natanz diserang.
Juni lalu, Menteri Keamanan Kabinet Israel Zeev Elkin berujar, rivalnya itu berusaha menyerang sistem pengairan mereka pada April.
Baca juga: Perancis Ajukan Proposal untuk Selamatkan Kesepakatan Nuklir Iran
Berlokasi sekitar 250 km dari Teheran, Natanz merupakan fasilitas pengayaan uranium terbesar negara yang mengalami revokusi pada 1979 tersebut.
Berdasarkan perjanjian nuklir 2015, mereka setuju hanya memproduksi uranium berkualitas rendah, yang hanya punya 3-4 persen konsentrasi U-235.