Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fasilitas Nuklir Iran Natanz Terbakar, Israel Diduga Pasang Bom

Pejabat intelijen Timur Tengah mengatakan Israel bertanggung jawab terhadap serangan terhadap kompleks fasilitas nuklir Natanz. 

Israel menggunakan bom berdaya ledak tinggi untuk menyerang fasilitas pengayaan nuklir Iran pada Kamis (2/7/2020).

Seorang anggota Korps Garda Revolusi Islam juga mengatakan sebuah bom digunakan untuk menyerang fasilitas tersebut.

Dilansir New York Times Minggu (5/7/2020), kedua sumber ini memilih untuk tidak mengungkapkan identitasnya karena terkait dengan operasi intelijen.

Sebelumnya, Iran telah mencurigai Amerika Serikat (AS) dan Israel sebagai dalang di balik serangan di situs nuklir Natanz ini.

Pasalnya, kedua negara ini telah menyabotase program nuklir Iran di masa lalu dan mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.

Jika kerusakan di Natanz adalah serangan pihak asing, maka hal ini mempertegas bahwa Iran sedang rentan.

Itu karena perekonomian Iran kena embargo yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump. Populasinya juga sedang rentan karena diserang wabah Covid-19.

Iran semakin terisolasi dari dunia internasional.

Negara-negara yang menentang tindakan AS terhadap Teheran, baru-baru ini menuduh Iran menyembunyikan aktivitas pengembangan nuklir dari inspektur internasional.

Israel Menampik Tudingan

Pada Minggu (5/7/2020), pejabat Israel tidak memberikan jawaban yang jelas ketika ditanyai keterlibatannya terhadap serangan di fasilitas nuklir Iran.

"Semua orang dapat mencurigai kami dalam segala hal dan sepanjang waktu. Tapi saya tidak berpikir bahwa itu benar," ujar Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, pada Minggu.

Dia menambahkan tidak semua hal yang terjadi di Iran dapat dikaitkan dengan Israel.

Menteri Luar Negeri Israel, Gabi Ashkenazi, mengatakan Iran tidak diperbolehkan memiliki nuklir.

"Kami mengambil tindakan yang lebih baik tidak diucapkan," kata Ashkenazi.

Beberapa bulan terakhir, terjadi banyak insiden yang menimpa kompleks perindustrian di Iran. Insiden-insiden itu secara umum dikaitkan dengan Israel.

Sebelumnya terjadi ledakan di dua pembangkit listrik di Iran dan terjadi kebocoran gas klorin di pabrik kimia. Keduanya dinyatakan Iran sebagai sebuah kecelakaan.

Pekan sebelumnya, sebuah lendakan terjadi di fasilitas produksi rudak di kompleks militer Khojir, Teheran timur. Kejadian itu, menurut pejabt, disebabkan tangki bensin yang meledak.

Para pejabat Iran mengatakan di depan publik bahwa mereka tahu penyebab kejadian di Natanz, namun mereka informasi itu untuk saat ini.

Iran menggunakan centrifuge berkecepatan tinggi dalam memproses dan mengayakan uranium.

Kadar uranium yang lebih rendah digunakan untuk reaktor nuklir sedangkan kadar uranium yang kaya menjadi bahan baku membuat bom atom.

Pekerjaan yang dilakukan di Natanz adalah membuat centrifuge yang lebih canggih untuk memperkaya uranium lebih cepat.

Serangan Bom

Juru Bicara Organisasi Energi Atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengatakan peralatan cangggih yang ada di Natanz telah rusak.

Dia menambahkan penundaan produksi di Natanz bisa sampai beberapa bulan namun tidak ada korban jiwa.

Penyelidik mempertimbangkan kemubngkinan bahwa Natanz diserang oleh rudal jelajah atau pesawat nirawak. 

Namun Garda Revolusi mengira kemungkinan paling masuk akal adalah seseorang membawa bom ke dalam gedung.

Mereka belum mengetahui bagaimana dan kapan bom itu masuk. Tetapi serangan tersebut dengan jelas membuat lubang di dalam fasilitas tersebut.

Di bawah kesepakatan nuklir 2015, Iran membuat kesepakatan dengan AS, China, Rusia, dan Eropa untuk membatasi pengayaan uranium mereka.

Namun sejak Presiden AS, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan dan menjatuhkan sanksi kepada Iran.

Iran lantas meningkatkan pengayaan uraniumnya jauh melampaui batas perjanjian yang telah ditentukan.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/06/193024270/fasilitas-nuklir-iran-natanz-terbakar-israel-diduga-pasang-bom

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke