TEHERAN, KOMPAS.com - Iran menyatakan, mereka akan membalas negara mana pun yang dianggap melakukan serangan siber terhadap situs nuklir mereka.
Kepala Pertahanan Sipil Iran Gholamreza Jalali, mengatakan hal itu setelah terjadi kebakaran di pabrik Natanz, yang menurut sejumlah pejabat Iran mungkin disebabkan oleh sabotase siber.
Situs pengayaan uranium Natanz, yang sebagian besar berada di bawah tanah, adalah salah satu dari beberapa fasilitas Iran yang dipantau oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Badan Keamanan Utama Iran mengatakan pada Jumat (3/7/2020), penyebab :insiden" di situs nuklir telah ditetapkan, tetapi "karena pertimbangan keamanan" itu akan diumumkan pada waktu yang tepat.
Baca juga: Diduga karena Ledakan, Pabrik Centrifuge Iran Hangus Terbakar
Organisasi Energi Atom Iran awalnya melaporkan telah terjadi "insiden" pada Kamis pagi (2/7/2020) di Natanz, yang terletak di gurun di pusat provinsi Isfahan.
Mereka memublikasikan foto sebuah bangunan bata satu lantai dengan atap dan dindingnya sebagian terbakar. Sebuah engsel pintu rusak yang menunjukkan ada ledakan di dalam gedung.
“Menanggapi serangan siber adalah bagian dari kekuatan pertahanan negara. Jika terbukti bahwa negara kami telah menjadi sasaran serangan siber, kami akan merespons,” kata Jalali kepada televisi pemerintah pada Kamis malam.
Pada Kamis itu juga, sebuah artikel yang dikeluarkan oleh kantor berita pemerintah, IRNA, membahas apa yang disebut Jalali kemungkinan sabotase oleh musuh-musuh Iran, seperti Israel dan AS, meskipun mereka berhenti menuduh secara langsung.
Baca juga: Dikecam karena Masih Ingin Embargo Iran, AS: Trump Punya Hak Prerogatif
"Sejauh ini Iran telah mencoba untuk menghindari krisis dan pembentukan kondisi dan situasi yang tidak terduga secara intensif," kata IRNA, seperti yang dilansir dari Reuters (3/7/2020).
"Tetapi perlawanan terhadap Republik Islam Iran oleh negara-negara yang bermusuhan, terutama rezim Zionis dan AS, artinya strategi...harus direvisi," katanya.
Kecurigaan
Tiga pejabat Iran yang berbicara kepada Reuters secara anonim mengatakan, mereka percaya api kobaran adalah hasil dari serangan siber, tetapi tidak menyertakan buktinya.
Baca juga: Arab Saudi Minta Sikap Tegas Internasional soal Embargo Senjata Iran
Salah satu pejabat mengatakan serangan itu menargetkan gedung centrifuge, yang merujuk pada mesin silinder halus yang melakukan pengayaan uranium.
Ia mengatakan musuh Iran telah melakukan tindakan serupa di masa lalu.
Pada 2010, virus komputer Stuxnet, yang secara luas diyakini dikembangkan oleh AS dan Israel, ditemukan setelah digunakan untuk menyerang fasilitas Natanz.