Ermey akhirnya memutuskan untuk membuat interior toko kue dan cokelat milikinya dengan budget minimal menggunakan barang-barang bekas dari rumahnya.
"Jadi 2001 itu aku bawa mug, mikser yang sudah tidak terpakai, oven rusak, nah aku tata aja di situ," ujar Ermey.
Untuk menempatkan barang-barang bekas tersebut, Ermey kemudian membeli kitchen set dan membuat toko kue dan cokelat tersebut nampak seperti dapur.
"Nah, ternyata pas dilihat-lihat kok jadinya kayak dapur ya? Akhirnya oke kalau gitu supaya benar-benar feelnya dapur, ya kita bikin kitchen set saja," kata Ermey.
Beberapa hari setelah selesai merapikan isi dan interior toko kue dan cokelat tersebut, Ermey kedatangan salah satu pelanggan yang merupakan seorang ibu.
"Pada hari ketiga buka, ada customer masuk ke dalam, aku dah senang, aku sambut customernya, seorang ibu masuk aku sambut," ucap Ermey.
Bukan memesan produk kue atau cokelat miliknya, ibu tersebut justru bertanya seputar pemesanan kitchen set atau interior yang ada di dalam tokonya tersebut.
"Jadi, dia pikir kita jualan kitchen set waktu itu," pungkasnya.
Pengalaman yang Ermey lewati itu kemudian menjadi sebuah latar belakang besar di balik nama Dapur Cokelat yang kini sudah dikenal umum oleh masyarakat luas.
Mulai dari sana, Ermey mengatakan bahwa banyak yang tertarik untuk melihat interior kitchen set milik tokonya tersebut.
Saat ini hampir seluruh outlet Dapur Cokelat tetap mempertahankan aksen dapur dengan kesan modern dan minimalis.
Baca juga: