Melansir dari laman MasterClass, konon kucai sudah ada sejak 3.000 tahun sebelum masehi. Kucai tersebari di Yunani, China, hingga Siberia.
Di Siberia pada zaman dahulu, kucai dianggap sebagai hadiah untuk pada dewa. Di Roma Kuno, kucai dikonsumsi untuk menyembuhkan sakit tenggorokan dan penyakit pada tubuh lainnya.
Pada abad pertengah di dataran Eropa, kucai biasanya digantung dalam tandan dan ditaruh di sekitar rumah untuk mengusir serangga atau roh jahat.
Namun kini, kucai banyak digunakan sebagai hiasan hidangan makan, memberikan warna dan rasa pada sajian gurih seperti olahan masakan laut, telur, dan bubur ayam.
Kembali melansir dalam buku “Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat” (2015) oleh Rita Ramayulis terbitan PT Gramedia Pustaka Utama.
Mengonsumsi daun kucai bisa memberikan tambahan gizi. Dalam 100 gram daun kucai terkandung sebanyak 45 kkal, 2,2 gram protein, 0,3 gram lemak, 10,3 gram karbohidrat, 52 mg kalsium, 50 mg fosfor, 1,1 mg zat besi dan masih banyak kandungan gizi lainnya.
Dalam buku tersebut juga menyebutkan kalau semua bagian tanaman kucai seperti umbi, daun, dan tangkai memiliki aktivitas antioksidan. Oleh karena itu, daun kucai memperlihatkan kalau memiliki kandungan antioksidan yang paling tinggi.
Buku “Bumbu, Penyedap, dan Penyerta Masakan Indonesia” (2013) oleh Murdijati Garjito PT Gramedi Pustaka Utama bisa dibeli di Gramedia.com.
Buku “Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat” (2015) oleh Rita Ramayulis terbitan PT Gramedia Pustaka Utama bisa dibeli di Gramedia.com.
View this post on Instagram
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.