KOMPAS.com - Kuliner khas daerah Indonesia selalu berkaitan dengan sejarah, tak terkecuali kuliner khas Betawi. Sejak dulu, masyarakat Betawi menilai bahwa kuliner merupakan salah satu hal penting.
Aksara Pangan bekerja sama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi dan Pusat Kajian Kuliner & Gastronomi Universitas Gajah Mada (UGM) membahas seputar sejarah kuliner Betawi dan sajian puasa dan Lebaran khas Betawi yang sudah mulai langka.
Hal tersebut disampaikan pada "Seri Gastronomi: Kelir Betawi" yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (28/4/2021).
Baca juga: Mengenal Sayur Sambel Godok, Kuliner Lebaran khas Betawi
"Kuliner pada saat-saat itu pun menjadi penting. Gak mungkin orang-orang penting itu mengundang tamu gak menggunakan hidangan yang istimewa," kata Yahya Andi Saputra, budayawan Betawi, Lembaga Kebudayaan Betawi.
Masyarakat Betawi mengenal beberapa waktu makan, yaitu pagi, siang, malam, mindo, sahur, dan buka puasa.
Dari waktu makan tersebut, ada waktu mindo yang sudah dikenal baik oleh masyarakat Betawi.
Mindo adalah bahasa serapan dari bahasa Jawa yang berarti makan sesudah makan.
Baca juga: Resep Sayur Besan, Makanan Khas Betawi Langka yang Kini Harganya Mahal
"Jadi ketika saya makan malam nih, kemudian rasanya lapar maka kita buka gerobok kita ternyata masih ada nasi, masih ada sayur lodeh, makanan tadi sore. Karena kita merasa laper lagi, kita mindo lah," jelas Yahya.
Makanan khas Betawi pun tidak sembarang dikeluarkan, masyarakat Betawi juga mengenal beberapa istilah makanan terkait dengan hari tertentu.
Beberapa istilah tersebut di antaranya adalah Godiroh makanan untuk sunat, Wadirmah makanan untuk kematian, dan Nakibah yaitu makan untuk pulang mukim.
Baca juga: 12 Makanan Betawi yang Langka, Ada Sayur Babanci dan Gabus Pucung