Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Jenis-Jenis Wayang dan Pengertiannya

Kompas.com - 13/03/2024, 17:30 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pertunjukan wayang di setiap negera memiliki teknik dan gaya sendiri. Dengan demikian, wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang memiliki cerita, gaya, dan dalang yang luar biasa.

Selama berabad-abad budaya wayang berkembang menjadi beragam jenis. Kebanyakan jenis-jenis wayang menggunakan kisah Mahabarata dan Ramayana sebagai induk cerita

Nah, mari Kita mengenal jenis-jenis wayang!

Wayang purwa

Wayang kulit purwa terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan diwarnai sesuai dengan tradisi pulasan wayang pedalangan.

Mereka juga memiliki tangkai dari tanduk kerbau bule yang diproses dengan cara yang disebut cempurit, yang terdiri dari tuding dan gapit.

Wayang kulit purwa sendiri terdiri dari beberapa gaya atau gagrak seperti gagrak Kasunanan, Mangkunegaran, Ngayogyakarta, Banyumasan, Jawatimuran, Kedu, Cirebon, dan sebagainya.

Wayang kulit kuno dapat dibagi menjadi beberapa kategori, termasuk: 

  • Wayang Kidang Kencana adalah wayang berukuran sedang yang tidak terlalu besar atau terlalu kecil untuk mendalang (wayang pedalangan).
  • Wayang Ageng adalah wayang berukuran besar dengan kaki dan lambung yang lebih besar daripada wayang biasa.
  • Wayang Kaper didefinisikan sebagai wayang yang berukuran lebih kecil daripada wayang biasa.
  • Wayang Kateb didefinisikan sebagai wayang yang kakinya terlalu panjang sehingga tidak seimbang dengan tubuhnya. 

Baca juga: Apa Manfaat Wayang bagi Pengembangan Warisan Budaya?

Wayang golek

Wayang golek adalah seni pertunjukan teater rakyat yang banyak dimainkan. Pertunjukan wayang golek dapat digunakan sebagai hiburan dan tontonan dalam perhelatan tertentu.

Selain berfungsi sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, wayang golek modern adalah wayang golek kreasi baru dengan menggabungkan teknologi modern dalam pertunjukan seperti asap, pencahayaan warna warni dll.

Beberapa jenis Wayang Golek yang populer:

  • Wayang golek gaya Sunda dengan cerita purwa
  • Wayang golek gaya Cirebon dengan cerita purwa, cepak dan menak
  • Wayang golek gaya Yogyakarta dengan cerita menak
  • Wayang golek gaya Surakarta dengan cerita menak
  • Wayang golek gaya Kebumen dengan cerita menak
  • Wayang golek gaya Tegal dengan cerita purwa dan menak

Wayang krucil

Wayang krucil adalah seni yang dibuat dari kulit dan berukuran kecil, sehingga lebih sering disebut dengan "Wayang Krucil". Pada akhirnya, seni ini menggunakan kayu pipih dua dimensi, yang disebut "Wayang Klithik". 

Bentuk wayang krucil di Jawa Tengah mirip dengan wayang gedog. Tokoh-tokohnya menggunakan tutup kepala kipas, dodot rapekan, dan berkeris.

Di Jawa Timur, karakternya mirip dengan wayang purwa, dengan raja-raja memakai praba dan memakai mahkota. Tokoh raja di Jawa Tengah bergelung Keling atau Garuda Mungkur saja.

Wayang krucil biasanya menggunakan cerita dari zaman Panji Kudalaleyan di Pajajaran hingga Prabu Brawijaya di Majapahit, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka juga menggunakan cerita wayang purwa dan wayang menak, bahkan dari babad tanah.

Baca juga: Wayang: Pengertian, Asal-usul, dan Fungsinya

Tokoh wayang krucil:

  • Damarwulan
  • Menakjingga
  • Layangseta
  • Layang Kumitir
  • Logender
  • Prabu Kencanawungu
  • Patih Udara
  • Wahita
  • Puyengan
  • Adipati Sindura
  • Menak Koncar
  • Ranggalawe
  • Buntaran
  • Watangan
  • Anjasmara
  • Banuwati
  • Panjiwulung
  • Sabdapalon
  • Nayagenggong
  • Jaka Sesuruh
  • Prabu brawijaya
  • Angkatbuta
  • Ongkotbuta
  • Dayun
  • Melik
  • Klana Candrageni
  • Klanasura
  • Ajar Pamengger
  • Dewagung Walikrama
  • Dewagung Baudenda
  • Daeng Marewah
  • Daeng Makincing

Wayang beber 

Wayang beber adalah seni pertunjukan wayang yang disajikan dalam bentuk bentangan kertas atau kain bergambar dengan gaya kulit wayang, dan disertai dengan cerita yang diceritakan oleh seorang dalang.

Pertunjukan wayang beber pertama kali muncul dan berkembang di Jawa bagian Wengker (sekarang Ponorogo dan Pacitan).

Ini muncul sebelum kedatangan Islam karena Ponorogo sudah dapat membuat Daluwang atau kertas Ponoragan.

Namun, pertunjukan ini terus berlanjut hingga kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Baik Mahabarata maupun Ramayana adalah sumber cerita yang digunakan di sini. Cerita-cerita Panji setelah Islam menjadi agama utama di Jawa.

Baca juga: 5 Jenis Wayang beserta Penjelasannya

Wayang gedog

Wayang Gedog bercerita tentang Sri Gatayu, Putera Prabu Jayalengkara, hingga masa Prabu Kuda Laleyan.

Sebagian besar orang percaya bahwa nama Wayang Gedog berasal dari fakta bahwa pertunjukan awalnya tidak memiliki iringan kecrek (besi), sehingga suara keprak "dog" adalah suara yang dominan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com