KOMPAS.com - Salah satu nama wali songo atau sembilan wali yang akan kita bahas adalah Sunan Drajat.
Dilansir dari buku Atlas Wali Songo (2020) oleh Agus Sunyoto, Sunan Drajat lahir dengan nama Raden Qasim, diperkirakan lahir pada tahun 1470 M.
Beliau merupakan putra bungsu Sunan Ampel.
Dalam mempelajari ilmu agama Islam, semasa kecil Sunan Drajat menuntut ilmu dari sang ayah.
Baca juga: Kisah Sunan Bonang dalam Menyebarkan Agama Islam di Jawa
Berbekal pengetahuan agama dari ayahya dan dari Sunan Gunung Jati, Sunan Drajat atau Raden Qasim kembali ke Ampel. Namun, atas perintah ayahnya, beliau berdakwah menyebarkan Islam di pesisir pantai Gresik.
Dengan ajarannya yang sederhana dan bisa dijalani masyarakat, maka semakin lama pengikut Sunan Drajat semakin banyak.
Faktor yang menyebabkan Sunan Drajat dekat dengan masyarakat karena ajaran-ajarannya yang sederhana dan berorientasi kepada kesejahteraan semua orang.
Selain itu, beliau juga sangat memerhatikan nasib kaum fakir miskin serta lebih mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat.
Baca juga: Kisah Sunan Ampel dalam Menyebarkan Agama Islam
Dalam berdakwah, beliau juga memberikan pemahaman tentang ajaran Islam. Ajarannya lebih menekankan pada empati dan etos kerja keras berupa kedermawanan, pengentasan kemiskinan, usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong.
Sunan Drajat dikenal sangat pandai menggubah berbagai jenis tembang Jawa. Sejumlah tembang macapat langgam Pangkur diketahui telah digubah oleh Sunan Drajat.
Hal itulah yang menjadi daya dorong bagi dekatnya usaha dakwah dengan masyarakat.
Dalam tembang Pangkur, Sunan Drajat menggunakan penyampaian ajaran falsafah kehidupan kepada masyarakat.
Sunan Drajat juga dikisahkan menyukai pertunjukkan wayang dan sesekali memainkan wayang sebagai dalang, sebagaimana Sunan Bonang, kakaknya.
Baca juga: Kisah Sunan Gresik dalam Menyebarkan Agama Islam
Secara umum, ajaran Sunan Drajat dalam menyebarkan dakwah Islam dikenal masyarakat sebagai Pepali Pitu (tujuh dasar ajaran), yang mencakup tujuh falsafah yang dijadikan pijakan dalam kehidupan.
Dikutip dari buku Kisah Teladan Walisongo (2007) oleh M. Faizi, berikut rinciannya:
Baca juga: Sunan Drajat, Mengajarkan Catur Piwulang