Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makna Filosofis Tembang Dolanan "E, Dayohe Teka"

Kompas.com - 13/03/2024, 17:00 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lagu atau tembang Ee Dayohe Teko adalah lagu mainan khas dari Pulau Jawa, terutama Suku Jawa. Biasanya dimainkan saat bermain permainan tradisional. Liriknya juga enak dinyanyikan dan dihafalkan. 

Pada intinya, lagu ini memberikan pesan kepada kita semua, khususnya semua manusia, agar kita selalu tetap ikhlas dan siap untuk mengambil keputusan yang tepat tentang masalah apa pun yang akan kita hadapi.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap, mari kita bahas setiap makna yang terkandung di dalam lirik lagu ini!

Lirik ini mengandung makna bahwa kita akan menghadapi suatu masalah. Diibaratkan tamu atau dayoh sebagai sumber masalahnya. Yang dimaksud adalah saat kita menghadapi masalah atau takdir, kita harus siap dan menerima apa yang terjadi.

  • Ee gelarna klasa (Ee gelarkan tikar)

Jika saat masalah tiba, kita harus siap untuk menerima dan melakukan apapun yang diperlukan untuk memperbaiki masalah itu.

Kita tidak boleh bersikap acuh saat masalah muncul. Sehubung dengan masalah yang kita hadapi, kita harus melakukan apa yang terbaik untuk menangani masalah kita. Untuk menyelesaikan masalah, gelar tikar itu sekarang.

  • Ee klasane bedah (Ee tikarnya robek)

Semua orang harus siap menghadapi masalah baru lagi, baik dari orang lain maupun dari diri kita sendiri. Kita juga harus siap menghadapi dan mengatasi apapun resiko yang ada dari keputusan yang kita buat sebelumnya.

Baca juga: 11 Tembang Macapat: Arti, Guru Gatra, Guru Wilangan, dan Guru Lagu

  • Ee tambalen jadah (Ee ditambal ketan)

Kita memutuskan untuk menambal tikar dengan jadah atau ketan setelah menerima risiko tikar robek. Mungkinkah ketan menambal tikar yang robek? Tujuannya adalah agar tamu merasa nyaman saat duduk.

Namun, karena diperbaiki dengan ketan, mereka merasa tidak nyaman. Apa artinya? Kita harus tetap bijaksana saat menghadapi masalah.

Tujuan kita baik, tetapi jangan sampai merugikan orang lain. Seorang pemimpin, khususnya, harus selalu mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan orang lain.

  • Ee jadahe mambu (Ee ketannya basi)

Niatnya ingin menggunakan jadah untuk memperbaiki robekan, tetapi dia menyadari bahwa jadahnya sudah basi. Dia membuat keputusan yang salah untuk menambal jadah sebelumnya, dan sekarang jadahnya malah basi. Dia telah melakukan keputusan yang salah dua kali dan merugikan orang lain.

  • Ee pakakno asu (Ee kasihkan anjing)

Jadah yang sudah basi itu diberikan kepada anjing. Anjing mana yang mau memakannya? Setelah membuat masalah dengan orang lain, sekarang membuat masalah dengan binatang.

Saat kita menghadapi masalah, kita harus menggunakan kecerdasan kita untuk menemukan solusinya. Jangan sampai solusi yang kita tawarkan malah membahayakan makhluk hidup.

  • Ee asune mati (Ee anjingnya mati)

Anjing itu akhirnya meninggal karena memakan jadah yang sudah basi. Semua orang pada akhirnya akan terkena dampak negatif dari masalah yang kita bahas sebelumnya. Masalah yang sebelumnya lebih ringan, sekarang menjadi lebih sulit. Dan solusi sebelumnya juga sia-sia.

  • Ee buwangen kali (Ee buanglah ke Sungai)

Setelah menimbulkan masalah bagi manusia dan binatang, sekarang juga menimbulkan masalah bagi alam. Anjing itu dibuang ke sungai. Ini mungkin malah menimbulkan masalah tambahan dengan ciptaan Tuhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com