Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Makna Filosofis Tembang Dolanan "E, Dayohe Teka"

KOMPAS.com - Lagu atau tembang Ee Dayohe Teko adalah lagu mainan khas dari Pulau Jawa, terutama Suku Jawa. Biasanya dimainkan saat bermain permainan tradisional. Liriknya juga enak dinyanyikan dan dihafalkan. 

Pada intinya, lagu ini memberikan pesan kepada kita semua, khususnya semua manusia, agar kita selalu tetap ikhlas dan siap untuk mengambil keputusan yang tepat tentang masalah apa pun yang akan kita hadapi.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap, mari kita bahas setiap makna yang terkandung di dalam lirik lagu ini!

  • Ee dayohe teka (Ee tamunya datang)

Lirik ini mengandung makna bahwa kita akan menghadapi suatu masalah. Diibaratkan tamu atau dayoh sebagai sumber masalahnya. Yang dimaksud adalah saat kita menghadapi masalah atau takdir, kita harus siap dan menerima apa yang terjadi.

  • Ee gelarna klasa (Ee gelarkan tikar)

Jika saat masalah tiba, kita harus siap untuk menerima dan melakukan apapun yang diperlukan untuk memperbaiki masalah itu.

Kita tidak boleh bersikap acuh saat masalah muncul. Sehubung dengan masalah yang kita hadapi, kita harus melakukan apa yang terbaik untuk menangani masalah kita. Untuk menyelesaikan masalah, gelar tikar itu sekarang.

  • Ee klasane bedah (Ee tikarnya robek)

Semua orang harus siap menghadapi masalah baru lagi, baik dari orang lain maupun dari diri kita sendiri. Kita juga harus siap menghadapi dan mengatasi apapun resiko yang ada dari keputusan yang kita buat sebelumnya.

  • Ee tambalen jadah (Ee ditambal ketan)

Kita memutuskan untuk menambal tikar dengan jadah atau ketan setelah menerima risiko tikar robek. Mungkinkah ketan menambal tikar yang robek? Tujuannya adalah agar tamu merasa nyaman saat duduk.

Namun, karena diperbaiki dengan ketan, mereka merasa tidak nyaman. Apa artinya? Kita harus tetap bijaksana saat menghadapi masalah.

Tujuan kita baik, tetapi jangan sampai merugikan orang lain. Seorang pemimpin, khususnya, harus selalu mengambil keputusan yang tepat dan tidak merugikan orang lain.

  • Ee jadahe mambu (Ee ketannya basi)

Niatnya ingin menggunakan jadah untuk memperbaiki robekan, tetapi dia menyadari bahwa jadahnya sudah basi. Dia membuat keputusan yang salah untuk menambal jadah sebelumnya, dan sekarang jadahnya malah basi. Dia telah melakukan keputusan yang salah dua kali dan merugikan orang lain.

  • Ee pakakno asu (Ee kasihkan anjing)

Jadah yang sudah basi itu diberikan kepada anjing. Anjing mana yang mau memakannya? Setelah membuat masalah dengan orang lain, sekarang membuat masalah dengan binatang.

Saat kita menghadapi masalah, kita harus menggunakan kecerdasan kita untuk menemukan solusinya. Jangan sampai solusi yang kita tawarkan malah membahayakan makhluk hidup.

  • Ee asune mati (Ee anjingnya mati)

Anjing itu akhirnya meninggal karena memakan jadah yang sudah basi. Semua orang pada akhirnya akan terkena dampak negatif dari masalah yang kita bahas sebelumnya. Masalah yang sebelumnya lebih ringan, sekarang menjadi lebih sulit. Dan solusi sebelumnya juga sia-sia.

  • Ee buwangen kali (Ee buanglah ke Sungai)

Setelah menimbulkan masalah bagi manusia dan binatang, sekarang juga menimbulkan masalah bagi alam. Anjing itu dibuang ke sungai. Ini mungkin malah menimbulkan masalah tambahan dengan ciptaan Tuhan.

Jadi, kita harus mencari solusi alternatif. Apakah solusi itu akan menguntungkan atau malah merugikan makhluk hidup di masa depan?

  • Ee kaline banjir (Ee sungainya banjir)

Kita akan membuang ke sungai, bahkan membanjirinya. Apa yang kemudian kita lakukan? Ketika solusi awal tidak berhasil, kita harus mencari yang lain.

  • Ee kelekno pinggir (Ee alirkan ke pinggir)

Sungainya banjir, kita mencoba membuangnya atau mengalirkannya ke pinggir sungai, dan kita menemukan solusi tambahan, tetapi...

  • Ee pinggire sater (Ee pinggirnya tidak ada air)

Kita menghadapi masalah lagi, dan seperti yang disebutkan sebelumnya, kita harus mencari solusi tambahan. Aliran di pinggir kali sama sekali tidak mengalir atau tidak ada air sama sekali.

Referensi:

  • Agus Suharsono, A. J. (2021). Development Of Management Learning Methods Impelementation Of Extensive Activities Using The Play Song Dayohe Teko. Paedagoria, Vol. 12, No.2.
  • Ilyas. (2021). Belajar Hidup Melalui Makna Filosofi Tembang. Semarang: CV. Pilar Nusantara.

https://www.kompas.com/skola/read/2024/03/13/170000269/makna-filosofis-tembang-dolanan-e-dayohe-teka-

Terkini Lainnya

Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Skola
Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Skola
Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Skola
Hubungan Antargatra

Hubungan Antargatra

Skola
Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Skola
Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Skola
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke