Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Prakiraan Cuaca di Ponsel Selalu Meleset?

Kompas.com - 26/10/2023, 16:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Musim kemarau masih melanda sebagian besar wilayah di Indonesia. Informasi prakiraan cuaca yang dilaporkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menprediksi musim hujan akan terjadi November 2023.

Musim hujan begitu dinantikan banyak orang, bahkan tak sedikit masyarakat yang mengandalkan prakiraan cuaca yang tersedia dalam perangkat gawai atau ponsel pintar.

Namun, sayangnya, prakiraan cuaca yang disampaikan di perangkat ini ternyata sering kali meleset.

Baca juga: Hujan Lebat Hari Ini, Berikut Prakiraan Cuaca Seluruh Indonesia

Lantas, mengapa informasi prakiraan cuaca di ponsel pintar selalu meleset?

Dalam siaran persnya, Rabu (18/10/2023) lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, informasi cuaca berbasis aplikasi di smartphone (ponsel pintar) terkadang kurang akurat.

Menurut Dwikorita, hal ini terjadi karena sumber data dan informasi yang disampaikan tersebut bersifat global.

"Tidak sedikit masyarakat yang menganggap data dan informasi yang diberikan berasal dari BMKG, karena menampilkan informasi seputar cuaca di Indonesia. Padahal, setelah ditelusuri data dan informasi itu bersumber dari institusi di luar Indonesia, bukan dari institusi resmi pemerintah," jelas Dwikorita.

Selama ini, layanan informasi prakiraan cuaca tersedia di banyak aplikasi yang dapat diunduh dari Google Play maupun App Store. Namun, aplikasi resmi dari pemerintah Indonesia pun tersedia dan dapat diakses masyarakat, yakni 'Info BMKG'.

Aplikasi dari BMKG ini, kata Dwikorita, prakiraan cuaca di Indonesia yang disampaikan merupakan informasi yang resmi.

Baca juga: Prakiraan Hujan dan Potensi Banjir BMKG di 10 Hari Terakhir Mei 2021

Prakiraan cuaca ponsel data global

Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto menjelaskan rendahnya akurasi prakiraan cuaca pada aplikasi di ponsel pintar non pemerintah, dikarenakan informasinya dibuat dengan data global yang diolah dengan pemodelan matematis.

Selanjutnya, data tersebut di-downscale khusus untuk wilayah Indonesia. Menurutnya, data global tersebut merupakan data cuaca yang berasal dari negara-negara di seluruh dunia yang menjadi anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization-WMO).

"Termasuk BMKG yang selalu mengirimkan data ke WMO secara otomatis melalui jaringan satelit, untuk dihimpun menjadi data global. Namun, perlu dipahami bahwa data dan informasi yang dikirim BMKG hanya terbatas data dari 59 stasiun pengamatan di Indonesia yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera," jelas Guswanto.

Lebih lanjut Dwikorita mengatakan, pemodelan yang di-downscale ini tentunya tidak cukup akurat untuk merepresentasikan kondisi faktual cuaca di Indonesia yang sangat kompleks dan dinamis.

Selain itu, kondisi cuaca dan iklim Indonesia sangat dipengaruhi oleh Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta Benua Asia dan Benua Australia.

Faktor lain yang memengaruhi dinamika cuaca dan iklim di Indonesia uakni karena wilayahnya merupakan negara kepulauan yang dilewati garis khatulistiwa dengan kondisi topografi yang kompleks.

Baca juga: Kapan Awal Musim Hujan di Indonesia Tahun Ini? Ini Prakiraan BMKG

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com