Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2.000 Pejuang Pro-demokrasi Myanmar Disebut Tewas Lawan Junta Militer

Kompas.com - 02/12/2022, 07:44 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

BANGKOK, KOMPAS.com - Sedikitnya 2.000 pejuang pro-demokrasi Myanmar tewas dalam memerangi junta militer yang merebut kekuasaan pada tahun lalu.

Hal itu dikatakan oleh pemimpin pemerintah sipil paralel, Duwa Lashi La, dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis (1/12/2022).

Dia pun mendesak sekutu untuk menyediakan bantuan militer di Myanmar.

Baca juga: Junta Myanmar Bebaskan 700 Tahanan, Adakah Sinyal ke Arah Reformasi?

Duwa Lashi La adalah penjabat presiden Pemerintah Persatuan Nasional (NUG).

Dia merupakan salah satu tokoh demokrasi yang tersisa dari pemerintahan pemimpin terguling Aung San Suu Kyi.

“Kami menganggap (kematian) sebagai harga yang harus kami bayar,” kata Duwa Lashi La dalam forum Reuters NEXT

Mantan guru dan pengacara berusia 70-an tahun itu telah meninggalkan rumahnya di Negara Bagian Kachin di Myanmar utara bersama keluarganya.

Militer Myanmar telah mencap dia dan rekan-rekannya sebagai teroris dan melarang warga berkomunikasi dengan mereka.

Baca juga: Pembuat Film Jepang yang Dipenjara di Myanmar Akan Dibebaskan

Namun, pemerintah sipil paralel mereka mendapat dukungan luas.

Sementara itu, kelompok bersenjata sekutu yang dikenal sebagai Pasukan Pertahanan Rakyat telah muncul di seluruh negeri.

Duwa Lashi La telah digambarkan sedang mengunjungi pasukan, termasuk mantan pelajar dan profesional yang dibawa ke hutan oleh tindakan keras militer, mengenakan jaket antipeluru serta helm.

"Saya tidak tahu kapan saya akan menyerahkan hidup saya," katanya.

"Terserah kehendak Tuhan. Saya sudah berkomitmen untuk mengorbankan apapun untuk negara saya," kata dia dari lokasi yang dirahasiakan.

Myanmar telah berada dalam kekacauan sejak junta militer merebut kekuasaan pada Februari tahun lalu.

Junta militer membalikkan eksperimen demokrasi selama satu dekade dan menggunakan kekuatan mematikan untuk menghancurkan protes.

Halaman:

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com