Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, selain 2.000 kematian dalam pertempuran di Myanmar, lebih dari 2.500 warga sipil tewas di tempat lain, sebagian besar dalam penumpasan protes.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik adalah sebuah kelompok hak asasi yang memantau kerusuhan.
Baca juga: Myanmar, Demokrasi di Ujung Laras
Pejuang pro-demokrasi dikalahkan oleh tentara yang dilengkapi oleh Rusia, China, dan India, yang menggunakan jet tempur untuk melakukan serangan bom yang mematikan.
PBB sendiri mengatakan bahwa lebih dari 1,3 juta orang telah mengungsi sejak kudeta militer Nyanmar, yang mengatakan serangan militer dapat merupakan kejahatan perang.
Junta tidak menanggapi permintaan komentar oleh Reuters.
Sebelumnya, Junta Militer Myanmar mengatakan tidak menargetkan warga sipil dengan serangan udara dan operasinya menanggapi serangan oleh "teroris".
Duwa Lashi La mengatakan pejuang oposisi telah membunuh sekitar 20.000 tentara junta.
“Jika kami memiliki senjata anti-pesawat, aman untuk mengatakan bahwa kami bisa menang dalam enam bulan,” katanya.
“Jika saja kami menerima dukungan yang sama seperti yang diterima Ukraina dari AS dan UE, penderitaan orang-orang yang dibantai akan segera berhenti," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.