Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendak Cari Suaka ke AS, Aktivis Hong Kong Tony Chung Ditangkap

Kompas.com - 30/10/2020, 16:37 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Aktivis remaja Hong Kong, Tony Chung, didakwa dengan UU Keamanan Nasional yang baru diterapkan, beberapa hari setelah ditahan di luar konsulat AS di Hong Kong.

Chung yang berusia 19 tahun dilaporkan berencana untuk datang ke konsulat AS dan mengajukan suaka.

Aktivis itu menghadapi ancaman hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah melakukan konspirasi untuk menerbitkan konten yang menghasut, pencucian uang, dan mengkampanyekan aspirasi pemisahan diri Hong Kong dari China.

Chung adalah orang kedua yang dituntut berdasarkan UU baru itu. Pengajuan jaminan terhadapnya juga ditolak oleh pengadilan.

China memberlakukan undang-undang yang kontroversial di Hong Kong pada Juni lalu, membuat negara itu lebih mudah menghukum para pengunjuk rasa dan mengikis otonomi wilayah itu.

Tapi bukan hanya pengunjuk rasa yang khawatir. Cakupan undang-undang tersebut sangat luas dan memberi Beijing kekuatan besar yang belum pernah dimiliki sebelumnya untuk membentuk kehidupan di wilayah tersebut.

Ada rasa takut dan ketidakpastian karena banyak orang di Hong Kong mengatakan undang-undang itu mengikis independensi peradilan wilayah itu dan hak-hak seperti kebebasan berbicara.

Baca juga: Video Ungkap Polisi Hong Kong Bekuk Gadis 12 Tahun ke Tanah

Apa yang kita ketahui tentang penahanannya?

Menurut South China Morning Post, Chung ditahan pada Selasa (27/10/2020) di warung kopi yang terletak di depan konsulat AS.

Kelompok aktivis yang berbasis di Inggris, Friends of Hong Kong, mengatakan dia berencana untuk datang ke konsulat dan mengajukan suaka.

Namun, video yang direkam di dekat konsulat memperlihatkan dirinya dibawa oleh anggota kepolisian berpakaian sipil.

Chung, yang merupakan mantan anggota kelompok pro-kemerdekaan Studentlocalism, mengatakan para aktivis belum menyerah untuk berjuang.

"Pada saat yang tepat, kami akan muncul untuk melakukan protes lagi," katanya kepada BBC China dalam sebuah wawancara.

"Benar, kami telah kalah pada saat ini. Tapi jalan menuju demokrasi selalu panjang." Dia akan tetap ditahan hingga sidang yang akan digelar 7 Januari tahun depan.

Baca juga: Otoritas China Pasang Keamanan Ketat di Hong Kong Jelang Hari Nasional

Apa itu UU Keamanan Nasional?

UU Keamanan Nasional diberlakukan Beijing di Hong Kong pada Juni, beberapa bulan setelah unjuk rasa besar pro-demokrasi tahun lalu menentang undang-undang ekstradisi.

Undang-undang itu mengatur pemisahan diri, subversi terhadap pemerintahan pusat, terorisme atau kolusi dengan negara asing terancam hukuman penjara seumur hidup.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Rangkuman Hari Ke-825 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Minta Dunia Tak Bosan | Putin Wanti-wanti Barat soal Senjata

Global
Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Tragedi di Desa Yahidne Dinilai Jadi Gambaran Rencana Putin atas Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com