Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Mitos dan Dampak yang Terjadi Saat Gerhana Matahari

Kompas.com - 19/04/2023, 19:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami gerhana Matahari total dan sebagian pada Kamis (20/4/2023).

"Gerhana Matahari dapat disaksikan di Indonesia pada 20 April 2023," ujar Andi Pangerang, peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari laman Lapan (2/1/2023).

"Sementara itu, gerhana Matahari cincin dapat disaksikan di Amerika Serikat, sebagian Amerika Tengah, Kolombia, dan Brasil pada 14 Oktober 2023 waktu setempat dan tidak dapat disaksikan di Indonesia," tambahnya.

Baca juga: Tata Cara Shalat Gerhana Matahari


Lantas, apa saja mitos gerhana Matahari yang beredar di masyarakat?

Mitos gerhana Matahari

Berikut 5 mitos gerhana Matahari yang sering beredar di masyarakat:

  1. Gerhana Matahari total bisa menyebabkan kebutaan
  2. Wanita hamil tidak boleh melihat gerhana Matahari
  3. Gerhana dapat meracuni makanan
  4. Tidak ada gerhana Matahari total di Kutub Utara dan Selatan
  5. Gerhana Matahari menandakan bencana

Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

1. Gerhana Matahari total bisa menyebabkan kebutaan

Dikutip dari Live Science, cahaya pada gerhana Matahari memang berbahaya dan dapat merusak mata. Meskipun begitu, anggapan yang menyebutkan bahwa gerhana Matahari bisa menyebabkan kebutaan terlalu berlebihan.

Faktanya, melihat gerhana Matahari dengan mata telanjang dapat membuat seseorang mengalami solar retinopathy. Kondisi ini terjadi ketika cahaya yang terang dari matahari mengenai mata secara langsung.

Akibatnya, hal tersebut dapat membuat mata menjadi kabur dan sulit untuk melihat hal-hal secara detail. Meskipun respons alami manusia seharusnya akan cepat menghindar dan memalingkan wajah sebelum kerusakan parah terjadi.

Baca juga: Jadwal, Daerah, serta Dampak Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023

2. Wanita hamil tidak boleh melihat gerhana Matahari

Solar Dynamics Observatory NASA berhasil merekam fenomena gerhana Matahari. Fenomena Gerhana Matahari ini hanya bisa diamati dari luar angkasa dan berhasil direkam pesawat ruang angkasa NASA.NASA/SDO/AIA/LMSAL) Solar Dynamics Observatory NASA berhasil merekam fenomena gerhana Matahari. Fenomena Gerhana Matahari ini hanya bisa diamati dari luar angkasa dan berhasil direkam pesawat ruang angkasa NASA.
Dilansir dari Kompas.com (15/11/2021), mitos yang juga kerap muncul di masyarakat adalah mengenai wanita hamil yang tidak boleh melihat gerhana Matahari.

Mitos tersebut sering kali dikaitkan dengan adanya radiasi berbahaya bagi manusia selama gerhana Matahari total, terutama untuk bayi yang ada dalam kandungan.

Meski begitu, sains menunjukkan bahwa jauh di dalam Matahari terdapat partikel yang disebut neutrino yang meluncur tanpa hambatan ke luar angkasa.

Neutrino tersebut melewati benda padat selama gerhana dan sedetik kemudian mencapai Bumi. Setiap detik, tubuh manusia akan dihujani oleh triliunan neutrino tersebut.

Kemudian, satu-satunya konsekuensi adalah setiap beberapa menit terdapat beberapa atom dalam tubuh yang ditransmutasikan menjadi isotop yang berbeda dengan menyerap neutrino.

Baca juga: Ramai soal Gerhana Matahari Jadi Tanda Masuknya Bulan Syawal, Benarkah? Ini Kata Peneliti BRIN

3. Gerhana dapat meracuni makanan

Masih berkaitan dengan kesalahpahaman akan radiasi dari gerhana Matahari total.

Halaman:

Terkini Lainnya

Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah, 21 Tewas, Bantuan ke Gaza Terhenti

Israel Serang Kamp Pengungsi di Rafah, 21 Tewas, Bantuan ke Gaza Terhenti

Tren
Ratusan Mobil Dinas Pemprov Banten Senilai Rp 25 M Hilang dan Menunggak Pajak Rp 1,2 M

Ratusan Mobil Dinas Pemprov Banten Senilai Rp 25 M Hilang dan Menunggak Pajak Rp 1,2 M

Tren
La Nina Diprediksi Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

La Nina Diprediksi Muncul Juni, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Ilmuwan Deteksi Planet Layak Huni Seukuran Bumi

Ilmuwan Deteksi Planet Layak Huni Seukuran Bumi

Tren
Update Kasus Vina: Pengakuan Adik, Ayah, dan Ibu Pegi soal Nama Robi

Update Kasus Vina: Pengakuan Adik, Ayah, dan Ibu Pegi soal Nama Robi

Tren
Kelompok Pekerja yang Gajinya Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Siapa Saja?

Kelompok Pekerja yang Gajinya Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Siapa Saja?

Tren
Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Ditutup Juni 2024, Ini yang Terjadi jika Tidak Lakukan Pemadanan NIK dengan NPWP

Tren
13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

13 Wilayah Indonesia yang Memasuki Awal Musim Kemarau pada Juni 2024

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

7 Sarapan Sehat untuk Penderita Asam Lambung, Tidak Bikin Perut Perih

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 29-30 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

[POPULER TREN] Gaji Buruh Dipotong Tapera, Mulai Kapan? | Profil Rwanda, Negara Terbersih di Dunia

Tren
Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Jaga Kesehatan, Jemaah Haji Diimbau Umrah Wajib Pukul 22.00 atau 09.00

Tren
Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Sisa Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024, Ada Berapa Tanggal Merah?

Tren
4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

4 Tanda yang Menunjukkan Orangtua Psikopat, Apa Saja?

Tren
SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

SIM Diganti NIK Mulai 2025, Kapan Masyarakat Harus Ganti Baru?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com