Pada 1951, ayahnya dipindahkan ke Semarang untuk memimpin RS Jiwa, Tawang. Seluruh keluarganya pun ikut pindah ke Semarang.
Ketika itu, Pierre sudah menginjak kelas VI.
Setelah lulus ujian, tepatnya pada 1952, ia pun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Semarang.
Dari 1955-1958, Pierre melanjutkan pendidikannya ke SMA bagian B Negeri (sekarang SMA Negeri I) Semarang.
Baca juga: Mengenal Dewan Jenderal, Hoaks yang Memicu Peristiwa G30S PKI
Saat duduk di bangku SMA, Pierre bercita-cita untuk menjadi seorang perwira militer dengan memasuki Akademi Militer Nasional (AMN).
Namun, itu tidak selaras dengan kehendak orangtuanya yang menginginkan Pierre memasuki Fakultas Kedokteran atau Fakultas Teknik sesudah berhasil menamatkan SMA.
Satu-satunya anggota keluarga Dr Tendean yang dapat menyetujui cita-cita Pierre untuk memasuki Akademi Militer adalah kakaknya, Mitzi Farre.
Pierre dinasehati oleh kakaknya, selain mendaftarkan diri ke Akademi Militer Nasional, ia dianjurkan untuk mendaftarkan juga ke Fakultas Kedokteran UI dan ITB.
Baca juga: Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Profil Jenderal Hoegeng, dr Kariadi, dan Profesor Soegarda
Hal tersebut untuk melegakan hati kedua orangtuanya, dan nasihat dari kakaknya itu benar-benar dilaksanakan.
Pierre pun pergi ke Bandung dan Jakarta untuk mengikuti ujian di kedua perguruan tinggi tersebut, tetapi ternyata ia tidak lulus.
Menurut Mitze Farre, Pierre tidak lulus di dalam ujian bukan karena ia tidak mampu mengerjakan soal soal, tetapi sengaja tidak mengerjakan soal-soal itu agar memperoleh peluang memasuki AMN.
Pada 1958, Pierre diterima sebagai Taruna Akademi Militer Nasional.
Baca juga: Dari Bharada hingga Jenderal, Ini Urutan Pangkat Polisi dari yang Terendah hingga Tertinggi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.