Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Lahirnya Kapten Pierre Tendean, Ajudan Jenderal AH Nasution yang Gugur dalam G-30-S

Kompas.com - 21/02/2023, 09:51 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 84 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 21 Februari 1939, Kapten Anumerta Pierre Andries Tendean dilahirkan di Jakarta.

Dilansir dari buku "Pierre Tendean" oleh Masykuri, Pierre Tendean merupakan salah satu Pahlawan Revolusi.

Penganugerahan gelar Pahlawan Revolusi terhadap Pierre Tendean berkat kegigihannya menentang Gerakan 30 September/PKI atau dikenal G-30-S/PKI.

Dalam peristiwa tersebut, Pierre Tendean menjadi korban penculikan dan pembunuhan oleh pasukan Cakrabirawa.

Saat itu, Pierre Tendean menjadi salah satu ajudan dari Jenderal AH Nasution, yang menjabat Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan sekaligus Kepala Staf Angkatan Bersenjata.

Baca juga: Mengenal Dewan Jenderal, Hoaks yang Memicu Peristiwa G30S PKI


Berikut masa kecil hingga cita-cita Pierre Tendean:

Masa kecil Pierre Tendean

Kapten Anumerta Pierre Andries Tendean.(Istimewa) Kapten Anumerta Pierre Andries Tendean.

Pierre Tendean dilahirkan di Rumah Sakit (RS) CBZ, saat ini bernama RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Ayahnya, Dr AL Tendean, yang ketika itu bekerja di RS tersebut, berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara. Sementara ibunya seorang keturunan Belanda-Perancis.

Dengan demikian, Pierre Tendean mempunyai darah Perancis. ltulah sebabnya ia diberi nama Perancis, "Pierre".

Ia mempunyai dua saudara kandung. Kakaknya perempuan bernama Mitze Farre, sedangkan adiknya bernama Rooswidiati.

Kakaknya, Mitze Farre menerangkan bahwa Pierre Tendean sejak kecil sampai akhir hayatnya merupakan anak yang sederhana dalam segala hal.

Dia rajin dan tekun, tidak memiliki sifat manja, meskipun merupakan satu-satunya anak laki-laki di dalam keluarganya.

Baca juga: Eks Cakrabirawa Kisahkan Detik-detik G-30-S: Penculik Dewan Jenderal Pamit ke Soeharto

Pendidikan Pierre Tendean

Kapten Anumerta Pierre Tendean(Buku 30 Tahun Indonesia Merdeka) Kapten Anumerta Pierre Tendean

Saat berusia enam tahun, Pierre dimasukkan ke Sekolah Dasar (SD) di Magelang, Jawa Tengah sekitar 1945/1946.

Pada 1951, ayahnya dipindahkan ke Semarang untuk memimpin RS Jiwa, Tawang. Seluruh keluarganya pun ikut pindah ke Semarang.

Ketika itu, Pierre sudah menginjak kelas VI.

Setelah lulus ujian, tepatnya pada 1952, ia pun melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Semarang.

Dari 1955-1958, Pierre melanjutkan pendidikannya ke SMA bagian B Negeri (sekarang SMA Negeri I) Semarang.

Baca juga: Mengenal Dewan Jenderal, Hoaks yang Memicu Peristiwa G30S PKI

Cita-cita Pierre Tendean

Saat duduk di bangku SMA, Pierre bercita-cita untuk menjadi seorang perwira militer dengan memasuki Akademi Militer Nasional (AMN).

Namun, itu tidak selaras dengan kehendak orangtuanya yang menginginkan Pierre memasuki Fakultas Kedokteran atau Fakultas Teknik sesudah berhasil menamatkan SMA.

Satu-satunya anggota keluarga Dr Tendean yang dapat menyetujui cita-cita Pierre untuk memasuki Akademi Militer adalah kakaknya, Mitzi Farre.

Pierre dinasehati oleh kakaknya, selain mendaftarkan diri ke Akademi Militer Nasional, ia dianjurkan untuk mendaftarkan juga ke Fakultas Kedokteran UI dan ITB.

Baca juga: Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Ini Profil Jenderal Hoegeng, dr Kariadi, dan Profesor Soegarda

Hal tersebut untuk melegakan hati kedua orangtuanya, dan nasihat dari kakaknya itu benar-benar dilaksanakan.

Pierre pun pergi ke Bandung dan Jakarta untuk mengikuti ujian di kedua perguruan tinggi tersebut, tetapi ternyata ia tidak lulus.

Menurut Mitze Farre, Pierre tidak lulus di dalam ujian bukan karena ia tidak mampu mengerjakan soal soal, tetapi sengaja tidak mengerjakan soal-soal itu agar memperoleh peluang memasuki AMN.

Pada 1958, Pierre diterima sebagai Taruna Akademi Militer Nasional.

Baca juga: Dari Bharada hingga Jenderal, Ini Urutan Pangkat Polisi dari yang Terendah hingga Tertinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com