Pada bagian dada, dugong memiliki sirip yang panjangnya mencapai 35-45 cm. Sirip pada dugong muda berfungsi sebagai pendorong, sedangkan saat dewasa siripnya berperan sebagai kemudi.
Ekor dugong yang berbentuk homocercal juga memiliki fungsi sebagai pendorong saat berenang.
Adapun, seekor dugong dapat hidup selama 40-70 tahun.
Baca juga: Oarfish Muncul di Cile, Benarkah Tanda Akan Ada Gempa dan Tsunami?
Slamet mengungkapkan, dugong di Indonesia tersebar dari perairan Sumatera hingga Papua.
Mamalia laut ini juga masuk dalam daftar hewan yang dilindungi menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, serta Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
"Karena habitatnya di laut dan lebih aktif pada malam hari, sehingga jarang terlihat," kata dia.
Sementara itu, Mukhlis memaparkan, salah satu hasil dari kegiatan Dugong and Seagrass Conservation Program (DSCP) adalah mengidentifikasi lokasi dan sebaran dugong di beberapa wilayah Indonesia.
Wilayah tersebut termasuk Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara.
"Pada ketiga lokasi tersebut berdasarkan pengamatan dengan menggunakan drone, masih terlihat adanya hewan dugong," ungkap dia.
Selain itu, lanjutnya, cara termudah mengidentifikasi keberadaan dugong adalah adanya jejak makan atau feeding tracks di habitat lamun.
Baca juga: Video Viral Ikan Arapaima Ditemukan Usai Banjir di Garut, Ikan Apa Itu?
Berbeda dengan lumba-lumba, dugong cenderung menghindari pertemuan dengan manusia.
Menurut Mukhlis, hewan ini sangat sensitif terhadap kehadiran manusia, sehingga terkadang sulit untuk dijumpai langsung.
"Namun kadang-kadang hewan ini juga sering terperangkap oleh jaring nelayan di perairan pesisir, dan kejadian seperti ini sudah banyak dilaporkan di banyak tempat di Indonesia," ujarnya.
Di sebagian tempat di Indonesia, hewan ini juga masih diburu untuk dikonsumsi dagingnya atau diperjualbelikan.
Padahal, lanjut Mukhlis, dugong merupakan salah satu satwa yang dilindungi.
Sementara itu, dikutip dari laman KKP, pergerakan dugong yang lambat membuat hewan ini mudah terjerat jaring nelayan.
Adapun ancaman utama yang dihadapi dugong, antara lain:
Baca juga: Video Viral Ikan Beku dalam Es Bisa Hidup Lagi, Ini Penjelasan Ahli
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.