Langkah Argentina melakukan kesepakatan dengan IMF untuk merestrukturisasi utang 44 miliar dollar AS (Rp 658 triliun) juga mendapatkan kritikan.
Kesepakatan tersebut dinilai akan menghambat pemulihan krisis Argentina.
Baca juga: Mengenal Tato Maori yang Dimiliki Menlu Selandia Baru
Tingkat inflasi Mesir melonjak hampir 15 persen pada April 2022, sehingga menyebabkan kemiskinan hampir sepertiga dari 103 juta penduduknya.
Warga Mesir menderita akibat program reformasi ambisius yang mencakup langkah-langkah penghematan seperti mengambangkan mata uang nasional dan pemotongan subsidi bahan bakar, air, serta listrik.
Bank Sentral Mesir telah mencoba menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi dan mendevaluasi mata uang.
Akan tetapi keputusan tersebut membuat Mesir kesulitan dalam melakukan pembayaran utang luar negerinya yang cukup besar.
Akibat krisis yang terjadi membuat cadangan devisi Mesir telah jatuh, sehingga membuat beberapa negara tetangga menjanjikan bantuan sebesar 22 miliar dollar AS (Rp 329 triliun).
Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, Laos merupakan salah satu negara kecil yang memiliki pertumbuhan ekonomi tercepat.
Namun setelah pandemi Covid-19, tingkat utang Laos melonjak seperti Sri Lanka.
Bahkan saat ini Laos sedang dalam pembicaraan dengan kreditur untuk mengupayakan cara membayar kembali pinjaman senilai miliaran dollar AS.
Baca juga: Update Kasus Konfirmasi Cacar Monyet, Tersebar di 14 Negara, Mana Saja?
Menurut Bank Dunia, cadangan devisi Laos sama dengan kurang dari dua bulan impor.
Mata uang Kip yang terdepresiasi sebesar 30 persen juga telah memperburuk penderitaan Laos.
Bahkan kenaikan harga dan hilangnya pekerjaan akibat pandemi Covid-19 mengancam akan memperburuk kemiskinan.
Baca juga: 10 Negara Terbesar di Dunia, Rusia di Urutan Pertama
Keruntuhan mata uang Lebanon membuat meningkatnya inflasi, kelaparan, dan kekurangan gas.
Selain itu, Lebanon juga mengalami perang saudara berkepanjangan, sehingga pemulihan negara terhampat oleh disfungsi pemerintah dan serangan teror.
Awal mula krisis yang terjadi berawal dari usulan pajak pada akhir 2019 yang membuat kemarahan kepada penguasa dengan adanya protes berbulan-bulan.
Baca juga: Melihat Dua Drone Canggih Turki, Pengubah Permainan di Suriah
Mata uang Lebanon kemudian mulai tenggelam dan akhirnya gagal membayar utang kembali sebesar 90 miliar dollar AS (Rp 1.348 triliun) pada saat itu.
Pada Juni 2021, mata uang Lebanon telah kehilangan hampir 90 persen nilainya.
Bank Dunia mengatakan krisis tersebut menjadi salah satu yang terburuk di dunia dalam lebih dari 150 tahun.
Baca juga: Ledakan di Lebanon, Bencana di Antara Pusaran Krisis Ekonomi dan Politik
Pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan politik setelah tentara merebut kekuasaan Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 telah membuat krisis ekonomi melanda Myanmar.
Gejolak politik juga membuat sanksi Barat menargetkan kepemilikan komersial yang dikendalikan oleh tentara.
Ekonomi Myanmar mengalami kontraksi sebesar 18 persen pada 2021 dan diperkirakan hampir tidak tumbuh pada 2022.