Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Kita Cerita tentang Begal Hari Ini

Kompas.com - 18/04/2022, 08:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ALKISAH seorang anak minta restu dan dukungan dari ayahnya karena ingin “buka” toko. Sang ayah pun dengan semangat dan sigap menuruti niat anaknya. Linggis dan alat cungkil serta golok pun disiapkan sang ayah untuk memenuhi hasrat anaknya.

Semula saya beranggapan sang anak ingin memulai usaha kewiraswastaan dengan berniaga. Ternyata saya “gagal” paham karena sang anak “kutukupret” itu ingin membongkar toko milik orang lain. Uniknya, dia mendapat dukungan pula dari ayahnya yang juga tukang “gangsir”.

Cerita ini saya peroleh dari seorang mantan wartawan senior dari Lampung beberapa tahun lalu, untuk mengibaratkan kebiasaan di “kawasan hitam” yang ada di sebuah kabupaten di Lampung. Jika ada kejahatan terkait begal kendaraan di Jakarta atau daerah-daerah di Pulau Jawa, kelompok begal dari daerah ini kerap disebut oleh aparat kepolisian.

Baca juga: Nasib Amaq Sinta, Korban Begal yang Jadi Tersangka, Berakhir Bebas

Sahabat saya begitu wanti-wanti untuk selalu waspada jika saya melintas di malam hari jika melewati jalan di suatu kabupaten di Lampung tersebut. Tabrak saja jika ada kawanan penjahat yang akan membegal. Urusannya belakangan. Nyawa dan harta yang kita peroleh dengan susah payah, ibaratnya diraih dengan cara “kepala jadi kaki” dan “kaki jadi kepala” harus dipertahankan.

Persis seperti cara ksatria yang dilakukan Murtede alias Amaq Sinta dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang melumpuhkan sekaligus membunuh dua di antara empat kawanan begal. Walau sempat berstatus tersangka dan sempat ditahan, Murtede akhirnya memperoleh keadilan setelah tekanan publik atas kejanggalan kasus yang menimpanya terekspos dan viral di media.

Tidak heran jika Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Lampung, Irjen Pol. Hendro Sugiatno meminta masyarakat Lampung untuk tidak perlu keder dengan para pelaku begal. Hendro menjamin, aparatnya tidak akan memproses hukum warga yang membela diri dan mempertahankan hartanya (Kompas.com, 16/04/2022).

Lebih hebatnya, Kapolda Lampung akan menyematkan penghargaan jika ada warganya yang berhasil menggagalkan pembegalan dan mengakibatkan pelaku begal tewas karena korban membela diri.

Salutnya lagi, Polda Lampung sudah “mengibarkan” genderang perang terhadap aksi pembegalan. Tidak ada ruang bahkan sampai di lubang semut pun akan dikejar di Lampung jika ada pelaku pidana C3 (curat atau pencurian dengan pemberatan, curas atau pencurian dengan kekerasan, dan curanmor atau pencurian kendaraan bermotor).

Andai semua jajaran kepolisian di Tanah Air maksimal memiliki pemahaman yang sama dengan Kapolda Lampung maka saya merasa tenang jika melintas jalan-jalan di seantero Tanah Air. Narasi yang harus disepakati adalah: tidak ada ruang untuk begal beraksi dan keselamatan pengguna jalan adalah di atas segalanya.

Perhatikan derita keluarga korban pembegalan

Hingga hari ini, Alika (19) tidak bisa memahami mengapa kedua orangtuanya yang tidak pernah punya masalah dengan orang lain harus berpisah selama-lamanya. Kedua orangtua Alika, Sugianto (56) dan Astuti (59) warga Desa Sei Mencirim Dusun 7 Kampung Banten, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Binjai, Sumatera Utara ditemukan tewas dibunuh begal yang merampas motornya (Tribunnews.com, 23 Februari 2021).

AS (34) saat diwawancara di kampungnya Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Lombok tengah, Kamis (14/4)2022). AS berharap statusnya sebagai tersangka dicabut dan bebas dari segala tuntutan hukum, karena dia mangaku hanya membela diri dari begal yang menghadangnya, Minggu (10/4/2022)FITRI R AS (34) saat diwawancara di kampungnya Dusun Matek Maling, Desa Ganti, Lombok tengah, Kamis (14/4)2022). AS berharap statusnya sebagai tersangka dicabut dan bebas dari segala tuntutan hukum, karena dia mangaku hanya membela diri dari begal yang menghadangnya, Minggu (10/4/2022)
Penemuan jenazah suami-istri yang semula ingin berbelanja di Pasar Tavip, Binjai setelah kerabat korban yang curiga karena sejak pagi hingga siang korban tidak pulang ke rumah melakukan pencarian. Petugas Polsek Binjai Timur baru datang usai kerabat korban melaporkan peristiwa pembegalan yang mengenaskan.

Kapolres Binjai AKBP Romadhoni berjanji akan mengusut aksi pembegalan sadis yang membunuh suami istri dan merampas motor milik korban.

Terbaru dari Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pasangan suami istri RG (34) dan WD (27) serta anaknya diduga menjadi korban begal. RG dikabarkan tewas dalam kejadian tersebut, sedangkan istrinya sekarat dengan luka berat akibat senjata tajam. Sementara anaknya selamat usai kabur ke rawa.

Aksi begal nan sadis itu terjadi pada Sabtu (16/4/2022) lalu sekitar pukul 19.30 WIB di kawasan Jalan Lintas Sumatera, Desa Sungai Rambutan, Indralaya, Ogan Ilir. Korban disebut berangkat dari Desa Tapus, Lembak, Muara Enim dan hendak pergi ke Palembang.

Kedua korban dan anaknya saat kejadian tengah berboncengan mengendarai sepeda motor. Namun setibanya di lokasi kejadian, korban dihentikan oleh ketiga orang terduga begal yang memepet korban menggunakan mobil.

Baca juga: Sederet Kasus soal Korban Begal yang Jadi Tersangka di Indonesia

RG yang berusaha melawan kemudian dibacok di beberapa bagian tubuhnya hingga meninggal dunia di lokasi kejadian dengan luka bacok di kening, leher, dan punggung. Sedangkan istrinya, saat ini dalam kondisi sekarat di rumah sakit, dengan luka bacok di kepala dan tangan. Anak korban selamat usai berlari dan sembunyi di rawa-rawa sekitar lokasi kejadian.

Polres Ogan Ilir tidak membantah adanya peristiwa berdarah tersebut. Kabar korban yang dipepet mobil dan langsung dianiaya secara sadis tersebut memang benar adanya (Detik.com, 17 April 2022).

Sementara IN (22) seorang karyawati pabrik di Kawasan Cikarang, Bekasi, Jawa Barat harus meregang nyawa karena ulah tiga begal kejam. Korban yang hendak masuk kerja di pagi hari, tidak kuasa melawan aksi begal di Kampung Tegal Gede, Desa Mekarmukti, Cikarang Utara, Bekasi. Dua diantara komplotan begal berhasil diringkus tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi (Kompas.com, 25/03/2022).

Sengaja saya mencuplikan tiga peristiwa pembegalan sadis tersebut karena tidak pernah menemukan aksi pembegalan yang sopan, baik hati, dan ramah. Dengan melihat kejadian begal di mana-mana, apalagi merujuk sebuah kabupaten di Lampung atau kabupaten yang ada di Sumatera Selatan misalnya, tidak salah kita memang harus memberlakukan SOS Pembegalan ! Sudah darurat aksi begal rupanya.

Entah sudah berapa banyak korban tewas karena aksi pembegalan. Entah sudah berapa banyak kendaraan hasil cicilan yang belum lunas ataupun yang sudah tutup kredit dirampas aksi begal jalanan yang tidak berperikemanusian itu.

Baca juga: Ramai soal Korban Begal Jadi Tersangka di Lombok, Ini Kata Ahli Pidana

 

Di mana keberadaan pihak berwajib untuk bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pengendara. Kita seperti berada di dunia di mana begal merajalela dan hukum seperti menjadi pajangan.

Kita diminta melawan aksi pembegalan sementara jaminan hukum untuk melawan pembegalan masih menjadi tanda tanya. Kasus kontroversi penyematan status tersangka terhadap pahlawan aksi pembegalan Murtede alias Amaq Santi dari Lombok Tengah harusnya menjadi preseden hukum agar polisi tidak gegabah dan terlalu cepat memutuskan kasus yang masih sumir dan perlu pendalaman lebih lanjut.

Kejati Lampung menampilkan slide daftar pencarian orang (DPO) kasus korupsi di Lampung, Kamis (25/3/2021). Sebanyak 10 orang koruptor kini menjadi buronan Kejati Lampung.KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA Kejati Lampung menampilkan slide daftar pencarian orang (DPO) kasus korupsi di Lampung, Kamis (25/3/2021). Sebanyak 10 orang koruptor kini menjadi buronan Kejati Lampung.
Begal motor vs begal uang rakyat

Menarik jika ditarik linearitas antara fenomena begal motor dan begal uang rakyat dari beberapa kabupaten yang menjadi produsen begal di Lampung. Entah kebetulan atau tidak, beberapa kabupaten di Lampung yang dikenal rawan dengan aksi pembegalan ternyata kepala daerahnya juga bermasalah dengan begal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Jika tidak korupsi dalam hal pengadaan barang seperti mark up pembelian mobil dinas dan pembangunan rumah sakit, modus kepala daerah yang membegal uang rakyat bisa dalam hal “tipu-tipu” komisi dari permainan penunjukkan kontraktor dalam hal pembangunan infrastruktur.

Ke-10 daerah rawan begal di Lampung seperti yang di sebutkan Hukamnas.com (30 Mei 2018), umumnya memiliki kepala daerah yang beriwayat akhir memakai rompi oranye Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Demikian juga beberapa kabupaten di Sumatera Selatan atau Sumatera Utara yang begalnya merajalela, hampir sama dengan Lampung beberapa kepala daerahnya juga bertabiat “begal” uang rakyat. Bahkan tanah kuburan pun dijadikan obyek penggelembungan harga demi permainan fulus di APBD.

Di tingkat elite, bupatinya menjadi begal bersafari dengan mengembat uang rakyat sementara di bawah, begal-begal haus motor tega merampas jiwa orang tidak bersalah.

Menjadi tugas aparat keamanan untuk bertindak tegas dan berani membasmi begal. Keberadaan unit reaksi cepat seperti Tim Jaguar di Polres Depok, Jawa Barat agar diaktifkan untuk patroli mengawasi daerah-daerah rawan. Apapun nama reorganisasi tim-tim pemukul cepat aksi kejahatan menjadi tim presisi sekalipun, begal tidak boleh mendapat ruang untuk leluasa beroperasi.

Kepada KPK yang kini malah disibukkan dengan masalah internal seperti perselingkungan pegawai dan dugaan gratifikasi komisionernya, kami rindu dengan aksi kerjamu menangkap “begal-begal” uang rakyat.

Kepada KPK, kami tidak perlu dengan lagu hymne-mu tetapi yang kami butuhkan adalah aksi nyatamu dalam mengungkap serial pembegalan uang-uang rakyat yang butuh hilir dari hulu sebuah kasus rasuah.

"Dunia adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk ditempati; bukan karena orang-orang yang jahat, tapi karena orang-orang yang tidak melakukan apa-apa tentang hal itu."

Murtede alias Amaq Sinta dari Lombok Tengah telah mengajarkan kita keberanian untuk melawan kejahatan para begal. Empat kawanan begal dihadapi seorang diri. Pilihannya dibunuh dan dirampas motornya atau membunuh. Dan Murtede memilih pilihan yang terakhir karena keterpaksaan.

Semoga spirit “Murtede-Murtede” juga dimiliki insan-insan di KPK yang berani membongkar kasus rasuah yang melibatkan para “penggede” sekalipun. Tidak gamang hanya karena undangan gratis nonton gelaran balap motor GP di Lombok atau urusan syahwat belaka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com