Hotel-hotel di Garut begitu ramai saat itu, di antaranya Hotel Papandayan, Villa Dolce, Hotel Belvedere, Hotel Van Hengel, Hotel Bagendit, Villa Pautine, dan Hotel Grand Ngamplang.
Saat itu daerah Garut dengan kondisi alamnya yang indah memang merupakan daerah favorit wisatawan yang berasal dari Eropa.
Komedian legendaris Charlie Chaplin pada 1927 bahkan pernah menjejakkan kakinya di stasiun ini.
Saat itu Charlie Chaplin bersama aktris Mary Pickford sedang dalam perjalanan liburan ke Garut.
Chaplin datang kedua kalinya pada 1935 di Garut. Masyarakat Garut heboh tahun itu. Gara-gara kunjungan komedian berkumis "Hitler" itu.
Selain Chaplin, tokoh lain yang tercatat menjejakkan kaki di Stasiun Cibatu adalah Georges Clemenceau.
Mereka adalah pendiri koran La Justice (1880), L’Aurore (1897), dan L’Homme Libre (1913) sekaligus penulis politik terkemuka.
Clemenceau menjadi Perdana Menteri Perancis dalam dua periode, yakni 1906-1909 dan 1917-1920.
Setelah kemerdekaan Indonesia, pada 1946, Presiden Soekarno sempat berkunjung ke stasiun Cibatu dalam rangkaian perjalanan menggunakan kereta api luar biasa melalui jalur selatan.
Sepanjang perjalanan tersebut, rakyat di kota-kota kecil meminta Soekarno untuk turun di setiap stasiun (termasuk stasiun Cibatu) dan berpidato.
Baca juga: Cibatu-Garut, Jalur Kereta Pertama di Jabar yang Direaktivasi
Dua hari sebelumnya, yakni Minggu (13/2/2022), Direktur Jenderal Perkeretaapian, Direktur KAI, dan Bupati Garut telah meninjau kesiapan pengoperasian jalur ini.
Tak hanya itu, serangkaian uji coba serta trial and run akan terus dilakukan agar kereta api dapat segera dioperasikan secara komersial untuk masyarakat umum.
"Dalam hal operasional kereta api, KAI sangat memperhatikan unsur keselamatan. Oleh sebab itu, KAI akan menjalankan jalur Cibatu-Garut setelah mendapatkan izin operasional dari Kementerian Perhubungan," sebut Joni.
Di samping jalur kereta api, KAI juga membangun kembali 3 stasiun yang dilewati rute itu. Ketiga stasiun hang dimaksud adalah Stasiun Pasirjengkol, Wanaraja, dan Garut.
Meski melakukan pembangunan, namun PT KAI tidak mengubah bentuk bangunan ketoga stasiun tersebut sebagai bentuk menjaga kelestarian aset yang menjadi bagian sejarah, khususnya bagi Kabupaten Garut.