Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Cap Go Meh? Ini Arti, Sejarah, dan Perayaannya

Kompas.com - 15/02/2022, 15:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek dimulai pada hari pertama bulan pertama di penanggalan Tionghoa, dan berakhir pada tanggal ke-15 di bulan yang sama.

Perayaan yang dilakukan pada tanggal ke-15 setelah Tahun Baru Imlek itu dikenal dengan perayaan Cap Go Meh.

Tahun ini, perayaan Cap Go Meh jatuh pada hari ini, tanggal 15 Februari 2022, atau lima belas hari setelah perayaan Tahun Baru Imlek yang berlangsung dari tanggal 1 Februari lalu.

Apa itu Cap Go Meh? Ini arti Cap Go Meh, sejarah dan perayaannya di berbagai negara:

Baca juga: Cap Go Meh, Sejarah dan Tradisi yang Mengiringinya

Arti Cap Go Meh

Dilansir dari Kompas.com, (26/2/2021), Dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta Dwi Susanto mengatakan, perayaan Cap Go Meh mulanya berasal dari bahasa Hokkien.

“Cap go itu 15, meh itu malam. Jadi malam kelima belas. Tradisi itu sudah ada sejak zaman dahulu,” kata Dwi.

Dwi melanjutkan, beberapa sumber ada yang menyebut bahwa perayaan Cap Go Meh bertujuan untuk menghormati dewa tertinggi di Dinasti Han.

“Tetapi kalau di dalam ajaran agama Konghucu, (Cap Go Meh) itu diperingati sebagai berdoa kepada orang tua. Mendoakan orang tua, memohon kepada Tuhan atau Tian,” ujarnya.

Sebutan Cap Go Meh, menurut Dwi, hanya dikenal di Indonesia saja. Hal tersebut dikarenakan pengaruh dari bahasa Hokkien.

Sementara di wilayah negara lain, penyebutan untuk perayaan hari kelima belas setelah Imlek berbeda-beda.

Cap Go Meh dalam konteks internasional disebut juga dengan Lantern Festival atau Festival Lentera (Lampion).

Sedangkan di wilayah Tiongkok, perayaan tersebut dikenal sebagai Yuánxiojié atau Shàngyuánjié.

Baca juga: Cap Go Meh, Tradisi Apa Saja yang Biasa Dilakukan?

Sejarah Cap Go Meh

Festival Lentera atau Cap Go Meh dapat ditelusuri hingga era Dinasti Han, sekitar tahun 206 SM hingga 220 M.

Saat itu, para biksu Buddha menyalakan lentera pada hari ke-15 Tahun Baru Imlek untuk menghormati Sang Buddha.

Ritual tersebut kemudian diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar hingga ke seluruh China serta beberapa wilayah Asia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com