Kekurangan pasokan energi berlanjut hingga musim panas tahun ini, karena gelombang panas ditambah dengan kekeringan.
Hal itu memberi tekanan pada sistem kelistrikan di Amerika Serikat, Brasil, China, dan kawasan Mediterania.
Gelombang panas tersebut kemudian meningkatkan permintaan listrik untuk AC. Sedangkan kekeringan menurunkan tenaga air, sehingga mendorong perusahaan energi untuk menggunakan bahan bakar fosil.
Gergely Molnar, analis energi gas di IEA, mengatakan, serangkaian kondisi cuaca tersebut mengurangi jumlah gas yang tersedia untuk disuntikkan di fasilitas bawah tanah.
Biasanya, fasilitas bawah tanah itu diisi ulang selama bulan-bulan musim panas sebagai antisipasi terhadap permintaan yang meningkat selama musim dingin berikutnya.
"Tingkat penyimpanan yang rendah berdampak ganda pada harga. Pertama, permintaan injeksi cukup tinggi, yang mendukung harga spot. Kedua, cadangan yang rendah membuat pasar lebih gelisah. Ini adalah tren global," kata Molnar.
Cadangan gas yang dimiliki Eropa saat ini 15 persen-18 persen lebih rendah dari tahun lalu.
Melansir Euronews, Jumat (1/10/2021), konsumen yang tidak memiliki kontrak harga tetap untuk pemanas dan listrik kemungkinan akan merasakan kenaikan tagihan listrik dan gas.
IEA mengatakan, di Jerman dan Spanyol, harga kebutuhan energi yang harus dikeluarkan pada bulan September 2021 lebih tinggi sekitar tiga atau empat kali rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen pada 2019 dan 2020.
Banyak negara berusaha membantu konsumen di tengah kenaikan harga, seperti Perancis yang meluncurkan serangkaian tindakan termasuk "stimulus energi" untuk membantu masyarakat membayar tagihan mereka yang meningkat.
Spanyol menyebutkan, mereka akan memotong pajak energi untuk menurunkan biaya bagi orang-orang. Langkah serupa juga dilakukan Italia.
Namun, banyak organisasi khawatir bahwa lebih banyak warga Eropa mungkin harus memilih antara membayar pemanas atau memberi makan keluarga mereka musim dingin ini.
Sebuah survei di seluruh Uni Eropa pada 2019 menemukan bahwa 6,9 persen orang di negara-negara anggota UE tidak dapat menjaga rumah mereka cukup hangat.
Diberitakan Kompas.com, Senin (4/10/2021), kenaikan harga energi menempatkan lebih banyak rumah tangga di Eropa dalam ancaman pemutusan jaringan listrik dan gas karena mereka tidak dapat membayar tagihan biayanya.
Louise Sunderland, penasihat senior dan analis kebijakan di Regulatory Assistance Project, yang berfokus pada transisi kebersihan energi, mengatakan, banyak orang terancam mengalami pemutusan jaringan listrik dan gas karena pendapatan mereka turun dan tagihan meningkat selama pandemi Covid-19.