Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebab dan Dampak Krisis Energi yang Melanda Eropa

KOMPAS.com - Musim dingin mulai menyambangi benua Eropa, bersamaan dengan krisis energi yang membayangi kawasan tersebut.

Krisis energi dikhawatirkan memicu naiknya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat Eropa untuk membayar tagihan listrik dan gas dalam beberapa bulan mendatang.

Melansir DW, 29 September 2021, beberapa negara Eropa, seperti Spanyol, menerapkan langkah-langkah darurat seperti pembatasan harga listrik dan gas.

Tujuannya, untuk memperlambat kenaikan harga saat ini dan menghindari dampak sosial dan politik yang kemungkinan timbul jika harga naik tidak terkendali.

Apa penyebab krisis energi di Eropa?

Harga energi grosir, atau harga yang dibayar oleh perusahaan energi, mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat tahun ini karena berbagai alasan.

Salah satunya, pemulihan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan setelah sejumlah negara melonggarkan pembatasan sosial untuk mencegah penularan Covid-19.

Faktor lain yang turut mendorong terjadinya krisis energi Eropa adalah pasokan bahan bakar fosil yang terbatas.

Rusia, misalnya, menjual gas dalam jumlah terbatas kepada pelanggan mereka di Eropa.

Beberapa pengamat bahkan menyebut bahwa strategi ini dimaksudkan untuk mempercepat persetujuan pipa gas Nord Stream 2 oleh regulator pasar Uni Eropa.

Pada saat yang sama, beberapa infrastruktur energi sedang diperbarui tahun ini, namun mengalami kendala karena pandemi Covid-19 yang merebak.

Selain itu, ada faktor tambahan yang menambah tekanan, seperti terputusnya kabel listrik antara Inggris dan Perancis karena kebakaran.

Banyaknya pemadaman listrik disebabkan oleh kondisi iklim ekstrem.

Krisis energi juga didorong oleh serangkaian kondisi cuaca yang berlangsung sejak tahun lalu, dan menyebabkan kebutuhan energi di berbagai sektor melonjak.

Faktor cuaca

Jean-Baptiste Dubreuil, analis gas alam senior di Badan Energi Internasional (IEA), mengatakan, tren cuaca global yang dimulai sejak tahun lalu telah meningkatkan kebutuhan gas untuk berbagai kebutuhan, terutama rumah tangga.

"Di Eropa, musim dingin berlangsung hampir sampai Mei dengan suhu lebih dingin dari rata-rata. Selain itu, kami mencatat cuaca dingin pada Januari dan Februari di Asia, Eropa, dan Amerika Utara, yang secara tajam meningkatkan kebutuhan gas untuk pemanas dan pembangkit listrik," kata dia.

Kekurangan pasokan energi berlanjut hingga musim panas tahun ini, karena gelombang panas ditambah dengan kekeringan.

Hal itu memberi tekanan pada sistem kelistrikan di Amerika Serikat, Brasil, China, dan kawasan Mediterania.

Gelombang panas tersebut kemudian meningkatkan permintaan listrik untuk AC. Sedangkan kekeringan menurunkan tenaga air, sehingga mendorong perusahaan energi untuk menggunakan bahan bakar fosil.

Gergely Molnar, analis energi gas di IEA, mengatakan, serangkaian kondisi cuaca tersebut mengurangi jumlah gas yang tersedia untuk disuntikkan di fasilitas bawah tanah.

Biasanya, fasilitas bawah tanah itu diisi ulang selama bulan-bulan musim panas sebagai antisipasi terhadap permintaan yang meningkat selama musim dingin berikutnya.

"Tingkat penyimpanan yang rendah berdampak ganda pada harga. Pertama, permintaan injeksi cukup tinggi, yang mendukung harga spot. Kedua, cadangan yang rendah membuat pasar lebih gelisah. Ini adalah tren global," kata Molnar.

Cadangan gas yang dimiliki Eropa saat ini 15 persen-18 persen lebih rendah dari tahun lalu.

Tagihan listrik dan gas bakal membengkak

Melansir Euronews, Jumat (1/10/2021), konsumen yang tidak memiliki kontrak harga tetap untuk pemanas dan listrik kemungkinan akan merasakan kenaikan tagihan listrik dan gas.

IEA mengatakan, di Jerman dan Spanyol, harga kebutuhan energi yang harus dikeluarkan pada bulan September 2021 lebih tinggi sekitar tiga atau empat kali rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen pada 2019 dan 2020.

Banyak negara berusaha membantu konsumen di tengah kenaikan harga, seperti Perancis yang meluncurkan serangkaian tindakan termasuk "stimulus energi" untuk membantu masyarakat membayar tagihan mereka yang meningkat.

Spanyol menyebutkan, mereka akan memotong pajak energi untuk menurunkan biaya bagi orang-orang. Langkah serupa juga dilakukan Italia.

Namun, banyak organisasi khawatir bahwa lebih banyak warga Eropa mungkin harus memilih antara membayar pemanas atau memberi makan keluarga mereka musim dingin ini.

Sebuah survei di seluruh Uni Eropa pada 2019 menemukan bahwa 6,9 persen orang di negara-negara anggota UE tidak dapat menjaga rumah mereka cukup hangat.

Warga miskin paling rentan

Diberitakan Kompas.com, Senin (4/10/2021), kenaikan harga energi menempatkan lebih banyak rumah tangga di Eropa dalam ancaman pemutusan jaringan listrik dan gas karena mereka tidak dapat membayar tagihan biayanya.

Louise Sunderland, penasihat senior dan analis kebijakan di Regulatory Assistance Project, yang berfokus pada transisi kebersihan energi, mengatakan, banyak orang terancam mengalami pemutusan jaringan listrik dan gas karena pendapatan mereka turun dan tagihan meningkat selama pandemi Covid-19.

Golongan orang-orang itu termasuk pekerja di sektor ritel, perhotelan, serta penerbangan sangat terpukul, dan banyak yang kehilangan pekerjaan.

"Sejak 2019 banyak yang telah berubah, tetapi lebih dari 12 juta rumah tangga (di Eropa) menunggak bayar tagihan listrik mereka," kata Sunderland.

Menurut data Koalisi Hak Energi, sebuah kelompok payung yang mencakup serikat pekerja, organisasi lingkungan, dan LSM, sebanyak 7 juta rumah tangga di Eropa menerima pemberitahuan pemutusan listrik dan gas dalam setahun terakhir.

Menurut Sunderland, pandemi Covid-19 telah memperburuk masalah energi, karena banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Hal ini menyebabkan peningkatan konsumsi energi mereka.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/04/110500365/penyebab-dan-dampak-krisis-energi-yang-melanda-eropa

Terkini Lainnya

Sebelum Mundur dari Kepala Otorita IKN, Bambang Pernah Curhat Tak Digaji 11 Bulan

Sebelum Mundur dari Kepala Otorita IKN, Bambang Pernah Curhat Tak Digaji 11 Bulan

Tren
Alasan Pakaian Astronaut Selalu Berwarna Putih, Ini Fungsinya

Alasan Pakaian Astronaut Selalu Berwarna Putih, Ini Fungsinya

Tren
BPJS Kesehatan Jadi Syarat Membuat dan Memperpanjang SIM mulai 1 Juli 2024

BPJS Kesehatan Jadi Syarat Membuat dan Memperpanjang SIM mulai 1 Juli 2024

Tren
5 Fakta Seputar Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, Bermula dari Ancaman FB

5 Fakta Seputar Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, Bermula dari Ancaman FB

Tren
Warga Arab Saudi Tak Boleh Setiap Tahun Naik Haji, Tunggu 5 Tahun Dulu

Warga Arab Saudi Tak Boleh Setiap Tahun Naik Haji, Tunggu 5 Tahun Dulu

Tren
Benarkah Huruf Y Akan Dihapus dari Alfabet? Ini Kata Badan Bahasa

Benarkah Huruf Y Akan Dihapus dari Alfabet? Ini Kata Badan Bahasa

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat Jalan Kaki Kurang dari 5.000 Langkah Per Hari

Tren
Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Kapan Waktu Sarapan Terbaik dan Terburuk untuk Penderita Diabetes? Ini Kata Ahli

Tren
Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Peneliti Temukan Bahan Legging Olahraga Bisa Picu Kanker, Apa Itu?

Tren
Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Daftar 12 Instansi Pusat yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

[POPULER TREN] Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia | Kalori yang Terbakar Usai Jalan Kaki 30 Menit

Tren
Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Tren
Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke