Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Lempeng Filipina Pemicu Gempa di Talaud, hingga Sejarah Gempanya

Kompas.com - 22/01/2021, 14:28 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa magnitudo 7,1 dengan parameter update magnitudo 7,0 mengguncang Kepulauan Talaud, Kamis (21/1/2021) malam.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, gempa yang terjadi termasuk gempa berkekuatan besar yang lazimnya terjadi di zona tunjaman lempeng.

Gempa ini terjadi karena deformasi batuan pada bagian slab Lempeng Laut Filipina, yang tersubduksi di bawah Kepulauan Talaud dan Miangas.

Ada beberapa daerah di Indonesia yang bersinggungan dengan Zona Lempeng Laut Filipina.

"Halmahera, Morotai, Melonguane, Miangas yang bersinggungan dengan lempeng laut Filipina. Utara Papua Barat juga terdampak," kata Daryono, Jumat (22/1/2021) siang.

Baca juga: Gempa di Talaud, Sulawesi Utara, Kerusakan Terjadi di Dua Kecamatan

Paling aktif

Daryono menyebutkan, lempeng ini berisiko terhadap wilayah-wilayah yang bersinggungan atau berada pada zona yang diliputinya.

"Lempeng ini ancaman gempa dan tsunami di daerah tersebut," kata dia.

Menurut dia, tunjaman lempeng Laut Filipina merupakan sumber gempa potensial pemicu gempa dan tsunami bagi wilayah Maluku Utara seperti Halmahera, Morotai, Miangas dan Kepulauan Talaud.

Wilayah lempeng Laut Maluku dan tunjaman lempeng Laut Filipina merupakan salah satu kawasan seismik paling aktif di dunia.

"Lokasi Kepulauan Talaud dan Miangas bersebelahan dengan zona tunjaman Lempeng Laut Filipina," ujar Daryono.

Adapun zona tunjaman lempeng Laut Filipina melintas berarah utara-selatan dengan panjang sekitar 1.200 km dari Pulau Luzon, Filipina di utara hingga Pulau Halmahera di selatan.

Zona subsidi aktif ini, lanjut Daryono, mempunyai laju penunjaman lempeng antara 10-46 milimeter per tahun dengan magnitudo tertarget 8,2.

Baca juga: Gempa Magnitudo 7,0 Guncang Talaud, Simak Analisis Lengkap BMKG

Karakteristik

Menurut informasi yang diterima Kompas.com, sejauh ini belum terjadi gempa susulan, karena karakteristik batuan pada lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile).

Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan jarang terjadi.

Sementara itu, berdasarkan monitoring BMKG, selama beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan aktivitas seismisitas di wilayah ini, khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 km.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com