Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Pussainsa Lapan) Emanuel Sungging Mumpuni menyebut, kesamaan alender 1971 dengan 2021 seperti dalam unggahan disebutkan tidak mengenal konsep pola pengulangan 50 tahun sekali.
"Proses pengulangannya tidak melulu 50 tahun lalu kok. 1971, 1982, 1993, 1999, 2010, itu yang masa lalu, kemudian 2027 di masa depan itu juga akan sama (dengan kalender 2021)," jelas Sungging saat dihubungi Kompas.com, Selasa (5/1/2021).
Baca juga: Viral Polsuska Turunkan Paksa Diduga Anak Punk dengan Pistol, Ini Penjelasan PT KAI
Ia menjelaskan sesungguhnya kalender hanyalah sistem waktu yang berulang sama seperti hitungan jam.
Jika suatu kali ditemukan ada yang sama, maka itu adalah hal yang wajar.
Menilik asal-muasalnya, sesungguhnya kalender Masehi didasarkan pada perhitungan Matahari.
"Secara astronomi, kalender satu tahun itu biasanya dinyatakan sebagai proses ketika Bumi melakukan satu periode edar mengelilingi Matahari," jelas Sungging.
Baca juga: Fenomena Topi Awan yang Terjadi Serentak di 4 Gunung, Ada Apa?
Meskipun demikian, dalam penerapannya kalender itu tidak murni berdasar hitungan persis aktivitas Bumi dan Matahari di tata surya sana.
Sudah ada campur tangan manusia yang melibatkan perhitungan matematis yang cermat untuk bisa menyelaraskan proses alam semesta dengan jalannya kehidupan manusia sehari-hari.
"Memang dalam proses modern ini, sistem kalender lebih sebagai sistem matematika, yang sudah diperhitungkan dengan cermat," ungkap Sungging.
Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?