Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Memang tidak ada vaksin mRNA yang sebelumnya telah dilisensikan dan disetujui untuk manusia. Sebagian besar pengalaman dengan teknologi mRNA pada manusia adalah untuk pengobatan kanker.
Profesor biologi dan kimia Colombia University Brent R. Stockwell menampik kabar bahwa vaksin mRNA dapat mengubah DNA.
Stockwell menjelaskan vaksin mRNA bekerja dengan cara memasukkan molekul RNA kurir ke dalam tubuh manusia. Lantas, dia membuat sel menghasilkan protein yang menyerupai salah satu protein virus yang menyusun SARS-CoV-2.
"Sel imun Anda kemudian mengenali protein virus ini dan menghasilkan respons imun terhadapnya, terutama dengan menghasilkan antibodi yang mengenali protein virus," kata Stockwell, dilansir dari AP, 5 September 2020.
Dr. Dan Culver, ahli paru di Cleveland Clinic, juga menegaskan bahwa vaksin mRNA tidak mungkin mengubah DNA manusia.
"(Vaksin mRNA) tidak bisa mengubah susunan genetik Anda. Waktu bertahan RNA di dalam sel relatif singkat dalam rentang jam. Apa yang sebenarnya Anda lakukan adalah memasukkan recipe card le dalam sel pembuat protein selama beberapa jam," ujar Culver.
Lewat siaran pers pada 16 November 2020, Moderna menyatakan dari uji vaksinnya, secara umum vaksin dapat ditoleransi dengan baik.
Uji vaksin tersebut melibatkan 95 kasus Covid-19 termasuk 15 orang dewasa tua (berusia lebih dari 65 tahun) dan 20 peserta yang berasal dari komunitas beragam.
Moderna menyatakan mayoritas efek samping di tingkat ringan atau sedang, yang berlangsung dalam jangka waktu pendek.
Kejadian tingkat 3 (parah) lebih dari atau sama dengan 2 persen dalam frekuensi setelah dosis pertama, termasuk nyeri di area suntikan (2,7 persen).
Efek samping setelah dosis kedua yakni kelelahan (9,7 persen), mialgia (8,9 persen), artralgia (5,2 persen), sakit kepala (4,5 persen), nyeri (4,1 persen), dan eritema/kemerahan di area suntikan (2,0 persen).
Dikutip dari Kompas.com, vaksin yang dikembangkan Pfizer juga memiliki efek samping.
Profesor di Fakultas Kedokteran University of Anglia, Paul Hunter, menyebut efek samping itu antara lain sakit pada bagian lengan dan demam. Namun, menurutnya, efek samping itu biasa terjadi pada proses vaksinasi.
Pihak Pfizer mengatakan sebagian relawan mengalami sejumlah efek samping mulai dari ringan hingga sedang setelah menerima suntikan, entah berisi vaksin dari Pfizer atau plasebo.
Efek samping itu berupa kelelahan, sakit kepala, panas dingin, dan sakit otot. Sebagian partisipan lain juga mengalami demam, termasuk demam tinggi.
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim bahwa vaksin Covid-19 berteknologi mRNA dapat mengubah atau merusak DNA manusia salah, meski teknologi mRNA belum pernah diuji sebelumnya.
Sementara, klaim relawan uji coba vaksin mengalami efek samping memang benar, tetapi dalam tingkat ringan hingga sedang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.